Konteks.co.idKonteks.co.id
  • Kabar Baik
  • Kontekstory
  • Rekam Jejak
  • Bola
  • Metro
  • Digital
  • Nasional
  • Kriminal
  • Entertainment
  • Lainnya
    • Otomotif
    • Lifestyle
    • Olahraga
    • Ekonomi
    • Dunia
    • Daerah
    • K-Pop
    • Indeks
Facebook Twitter Instagram TikTok
Konteks.co.idKonteks.co.id
Login

  • Kabar Baik
  • Kontekstory
  • Rekam Jejak
  • Bola
  • Metro
  • Digital
  • Nasional
  • Kriminal
  • Entertainment
  • Lainnya
    • Otomotif
    • Lifestyle
    • Olahraga
    • Ekonomi
    • Dunia
    • Daerah
    • K-Pop
    • Indeks
|
Konteks.co.idKonteks.co.id
|
Home » Mengenal GSG-9, Satuan Polisi Elite Tempat Luhut dan Prabowo Berguru Antiteror, Acuan Pendirian Sat 81 Kopassus
Nasional Updated:12 September 2023 - 18:33

Mengenal GSG-9, Satuan Polisi Elite Tempat Luhut dan Prabowo Berguru Antiteror, Acuan Pendirian Sat 81 Kopassus

Jimmy RadjahJimmy Radjah11 September 2023 - 23:07
Bagikan WhatsApp Telegram Facebook Twitter
GSG-9
Satuan Polisi Antiteror GSG-9.

KONTEKS.CO.ID – Indonesia punya beberapa satuan militer elite dan menjadi kebanggaan, yakni Satuan 81 Kopassus (AD), Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) milik AL, dan Detasemen Bravo (Den Bravo) kepunyaan AU.

Detasemen Penanggulangan Antiteror 81 atau Gultor adalah pasukan antiteror pertama milik tentara Indonesia. Satuan yang kini lebih populer dengan sebutan Sat 81 Kopassus ini terbentuk pada 30 Juni 1982.

Nama ’81’ merujuk pada tahun terjadinya operasi pembebasan sandera di Bangkok saat pembajakan pesawat Garuda Indonesia ‘Woyla’ pada Maret 1981. Saat itu, sukses besar Kopassus menggulung lima orang pembajak dalam waktu kurang dari tiga menit mengundang decak kagum dunia.

GSG-9
Pesawat Garuda DC-9 Woyla yang dibajak, terparkir di Bandara Don Mueang, Bangkok, Thailand. (Foto: Berita Buana 30 Maret 1981)

Hingga kini, hampir tidak ada operasi militer yang tidak melibatkan Sat 81 Kopassus. Selain menanggulangi teror, di awal pendiriannya pasukan khusus ini selalu ikut dalam pengamanan perjalanan Presiden Soeharto ke luar negeri maupun kunjungan kerja di dalam negeri.

Setiap anggota dari pasukan khusus ini wajib menguasai satu spesialisasi seperti intelijen, kontra intelijen, penanggulangan teror, perang kota, pendaki serbu, penembak runduk, dan lain-lain.

Ternyata, satuan militer elite pertama Indonesia berguru pada satuan polisi bernama GSG-9. Bagaimana ceritanya?

GSG-9
Sat 81 Kopassus (Foto: Dokumentasi Kopassus)

Berawal dari Ide Benny Moerdani

Dalam buku “Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan”, Julius Pour menulis bahwa pada dekade 1970-an marak terjadi pembajakan pesawat dan penyanderaan penumpang sebagai modus operandi teroris di berbagai negara. Dengan membajak pesawat, teroris bisa langsung memperoleh publikasi yang murah dan meluas.

Melihat kondisi ini, Kepala Pusat Intelijen Strategis (Kapusintelstrat) Letnan Jenderal Leonardus Benyamin Moerdani berinisiatif mendirikan sebuah pasukan khusus antiteror berdasarkan analisis intelijen tentang ancaman keamanan.

Benny, sapaan akrabnya, menginginkan pelaksanaan studi banding ke satuan antiteror lain di Korps Speciale Troepen/KST (Belanda), Special Air Service/SAS (Inggris), GSG-9/Grenzschutzgruppe 9 (Jerman Barat), dan US Special Force (Amerika Serikat).

Pada awal 1979, Benny Moerdani memanggil Letnan Kolonel Sintong Panjaitan, Asisten 2/Operasi Koppasandha yang kini menjadi Kopassus. Ia meminta Sintong untuk menyiapkan pasukan khusus antiteror tersebut.

Sintong kemudian melakukan seleksi dan terpilihlah dua orang perwira terbaik dari Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), nama Kopassus kala itu. Dua orang itu adalah Mayor Luhut Binsar Panjaitan dan Kapten Prabowo Subianto.

ABRI memutuskan mengirim Luhut dan Prabowo ke Jerman Barat guna menempuh pendidikan antiteror. Namun uniknya, mereka berdua bukan belajar pada pasukan militer elite, melainkan menimba ilmu dari polisi.

BACA JUGA:   Profil Al Amin Nasution Bacaleg PDIP, Mantan Napi Korupsi Kasus Alih Fungsi Lahan

GSG-9, Sekolah Antiteror Tersulit

Luhut dan Prabowo belajar di satuan polisi elite Grenzschutzgruppe 9 (penjaga perbatasan Grup 9) yang populer dengan singkatan GSG-9. Kini namanya berubah menjadi GSG–9 der Bundespolizei. Nama ini bukanlah satuan militer pasukan antiteror, ini adalah polisi Federal perbatasan di Jerman Barat.

Dalam buku biografi Sintong Panjaitan “Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando”, tercatat bahwa pendidikan anti teror di GSG-9 berlangsung selama 22 minggu. Selama 13 minggu pertama, mata pendidikan meliputi tugas-tugas kepolisian, masalah hukum, kemampuan menggunakan berbagai jenis senjata, dan bela diri karate.

Namun bedanya, penekanan bidang akademik di GSG-9 ini lebih besar ketimbang pendidikan di satuan antiteror di negara-negara lain. Ini yang menjadi alasan ABRI memilih satuan ini sebagai kawah candradimuka untuk menggembleng Luhut dan Prabowo.

Apalagi pendidikan antiteror di GSG-9 termasuk paling sulit di dunia. Rata-rata persentase kelulusan siswa yang hanya 20% menunjukkan betapa berat dan sulitnya pendidikan antiteror di GSG-9. Hebatnya, Luhut dan Prabowo sukses menyelesaikan pendidikannya.

Sekembalinya Luhut dan Prabowo ke Indonesia, berbekal ilmu dari GSG-9, keduanya kemudian membentuk dan melatih pasukan antiteror yang terorganisir. Luhut menjadi komandan pertama pasukan tersebut, sementara Prabowo menjadi wakilnya.

Sebagian besar personel awal Sat 81 pasukan adalah eks anggota tim pembebasan sandera Woyla di Bangkok.

GSG-9
Luhut Pandjaitan (tiga dari kanan) dan Prabowo Subianto (kiri) berpose bersama Komandan Klaus Blatte (tiga dari kiri) saat menempuh pendidikan di GSG-9 Jerman Barat tahun 1981.(Foto: Tim Media Prabowo Subianto)

GSG-9 Terbentuk Akibat Black September

Pasukan khusus Polisi Federal Jerman ini sampai saat ini dianggap sebagai salah satu unit khusus terbaik di dunia. Kelahiran pasukan elite polisi Jerman Barat ini berawal dari tragedi pembunuhan oleh kelompok Black September.

Pada 5 September 1972 dini hari, sekelompok milisi Black September (salah satu faksi di PLO) menerobos masuk ke sebuah apartemen tim Israel di desa Olimpiade.

Mereka menyandera belasan atlet dan membunuh dua anggota atlet Israel yaki pelatih gulat Moshe Weinberg dan atlet angkat besi Josef Romano. Kejadian ini berlangsung di tengah pelaksanaan Olimpiade Munich 1972.

Pemimpin kelompok itu, Luttif Afif dengan nama samaran Issa, berusia 35 tahun, mengajukan sejumlah permintaan. Pertama, Israel membebaskan 234 tahanan — sebagian besar warga Palestina — di penjara negara tersebut. Mereka juga menuntut pemerintah Jerman membebaskan dua orang pemimpin kelompok teroris Baader-Meinhof dari penjara.

BACA JUGA:   Cara Mendapatkan Kartu Prakerja, Gelombang 58 Sudah Diumumkan

Pemerintah Jerman Barat setuju untuk memindahkan kelompok itu bersama sandera dengan helikopter ke pangkalan udara Fuerstenfeldbruck di luar kota Munich. Namun diam-diam, Jerman Barat menyiapkan rencana sebuah operasi penyelamatan di pangkalan udara tersebut.

Ternyata polisi Jerman Barat tidak siap. Mereka tidak dapat menyelesaikan situasi dengan baik. Akibatnya, sebelas orang Israel, lima orang Palestina, dan satu anggota polisi Jerman tewas.

Belajar dari pengalaman itu, Jerman Barat lalu membentuk pasukan elite yang proyeksinya memiliki kemampuan antiteror yang mumpuni.

GSG
Salah satu anggota “Black September” yang menyandera sembilan orang atlet Israel. (Foto: BBC)

Ulrich Wegener, Komandan Pendiri Veteran PD 2

Pemerintah negara itu lalu menugaskan Kolonel Ulrich Wegener untuk membentuk pasukan ini. Saat itu Wegener adalah petugas penghubung polisi Federal untuk Kementerian Dalam Negeri Jerman Barat.

Wegener sendiri sejak muda sudah ikut pertempuran dalam perang dunia. Ia ikut wajib militer saat remaja dan terjun dalam pertempuran Berlin. Sebuah pertempuran yang mengakhiri rezim Nazi dan menghentikan keterlibatan Jerman dalam Perang Dunia 2.

Ia sempat menjadi tawanan perang pasukan Amerika dan kemudian kembali ke Jerman Timur untuk menyelesaikan sekolahnya.

Tidak betah dengan pemerintahan komunis di Jerman Timur, Wegener kemudian melarikan diri ke Jerman Barat dan mulai bergabung dengan polisi.

Sebagai komandan pendiri GSG-9, Wegener adalah legenda penanggulangan terorisme di Jerman Barat. Banyak medan laga yang ia terjuni saat memimpin GSG-9.

Sebelum mendirikan GSG-9, Wegener sendiri pernah menjalani pendidikan antiteror di SAS Inggris dan pasukan elite Israel, Sayeret Matkal. Oleh sebab itu Wagener tahu benar apa yang harus ia lakukan terhadap unit khusus ini.

Wegener merancang beberapa kurikulum pelatihan GSG-9, antara lain taktik dan metode mengamankan lokasi, membungkam target, dan mengidentifikasi pelaku. Ada pula materi melacak tersangka dan menembak tepat dari jarak jauh.

Saat Luhut dan Prabowo menimba ilmu antiteror di GSG-9, Wegener memang sudah tidak menjadi komandan. Saat itu komandan GSG-9 adalah Klaus Blatte yang sebelumnya adalah wakil Wegener.

Wegener memimpin GSG-9 sejak 1972 hingga 1980. Setahun setelah Wegener lengser barulah Luhut dan Prabowo belajar di sana. Namun demikian ia tetap masih memantau perkembangan pasukan elite antiteror tersebut.

BACA JUGA:   Ganjar Pranowo Bertemu Cak Imin, Hadiahkan Sepasang Lovebird Warna Merah Hijau
GSG-9
Kolonel Ulrich Wegener, pendiri sekaligus komandan pertama GSG-9, pada 1978.

Reputasi GSG-9 Melambung

Nama GSG-9 sendiri melambung ketika sukses menyelesaikan misi dengan sandi operasi Freurzauber atau ‘sihir api’ pada musim gugur 1977.

Ketika itu sekelompok teroris Palestina yang menamakan diri Komando Martir Halima membajak pesawat Lufthansa penerbangan 181 pada 13 Oktober 1977. Para teroris menyandera 86 penumpang dan lima orang awak pesawat selama empat hari dan membawa pwsawat ke Bandara Mogadishu, Somalia.

Operasi pembebasan sandera dibuka dengan tembakan pengelabuan oleh Ranger Somalia dari arah depan pesawat

Tepat pukul 02.07, Ulrich Wegener dan 30 anggota GSG-9 tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam pesawat dari dua pintu darurat.

GSG-9 memulai sergapan dengan seruan berbahasa Jerman agar setiap penumpang tiarap. Mereka segera menembak orang-orang yang tetap berdiri karena tak mengerti arti seruan itu.

Dalam tembak-menembak di kabin pesawat, seluruh penumpang dan tiga awak (yang tersisa) selamat. Sementara tiga dari empat pelaku tewas, dan seorang lainnya cedera.

GSG-9
Para sandera Jerman mendarat di Köln dari Mogadishu, Somalia, setelah diselamatkan pasukan elite GSG-9 pada Oktober 1977. (Foto: Picture Alliance/DPA)

Atas prestasi pembebasan pesawat yang juga diawasi perwira SAS Inggris, komandan satuan polisi khusus Israel, Tzvi War, di Tel Aviv menyebut GSG-9 sebagai pasukan antiteroris terbaik di Dunia.

Pemerintah Jerman Barat membolehkan publikasi atas operasi ‘sihir api’. Namun untuk operasi-operasi yang lain, yang jumlahnya lebih besar sekitar 1.500 operasi, kepolisian Jerman sepakat untuk menutup rapat dan merahasiakannya.

Dalam perkembangannya, kini kepolisian Jerman melengkapi GSG-9 dengan unit kecil baru bernama Beweissicherungs und Festnahmeeinheit plus atau BFE+.

Unit tambahan ini bertugas untuk memburu kelompok teroris setelah mereka beraksi. Ini untuk menutup celah kelemahan GSG-9 yang memang khusus merespons aksi teror di lapangan.***



Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"

Author

  • Jimmy Radjah
    Jimmy Radjah

    Jurnalis sejak akhir 1998 berawal dari Tabloid Lajur. Kemudian lama menjalani karier di Harian Suara Karya, berlanjut ke Suarakarya.id. Setelah itu ikut sejak awal membangun Watyutink.com dan Strategi.id di waktu yang hampir bersamaan. Sempat mampir sebentar di Realita.co, lalu dipercaya membidani sayap media milik FITRA, Infoanggaran.co.id. Saat ini berlabuh di Konteks.co.id. Berupaya membatasi diri untuk tidak tertarik pada segala hal.

    View all posts

Benny Moerdani Den Bravo Denjaka GSG-9 Headline Headline News Klaus Blatte Kontekstory Kopassus Luhut Panjaitan Pasukan Antiteror Prabowo subianto Rekam Jejak Sat 81 Kopassus Sintong Panjaitan Ulrich Wegener Woyla
Share. WhatsApp Telegram Facebook Twitter

BERITA TERKAIT

Jokowi Kesal ASN Sibuk Urus SPJ Ketimbang Program

3 Oktober 2023 - 12:15

Kriminalitas Zaman Hindia Belanda: Mulai Pembunuhan Fientje de Feniks, Tuan Darma, dan Oey Tambah Sia

3 Oktober 2023 - 08:00

Layanan Mobil SIM Keliling di Jakarta di Lima Lokasi, Selasa 3 Oktober 2023

3 Oktober 2023 - 06:37
BERITA TERKINI

Fitur Unggulan dari The Spike Mod Apk Terbaru 2023, Jaminan Menang Berulang-ulang

3 Oktober 2023 - 13:23

WhatsApp Beta Kenalkan Fitur Balasan Cepat untuk Multimedia

3 Oktober 2023 - 13:15

Polisi Temukan Fakta Baru Kasus Siswi SD Lompat dari Lantai 4

3 Oktober 2023 - 13:06

Terbaru! BKN Umumkan Angka Peserta Pelamar CPNS dan PPPK Per 3 Oktober 2023

3 Oktober 2023 - 13:00

Mengungkap 4 Kelebihan City Car yang Bikin Tampil Lebih Istimewa

3 Oktober 2023 - 12:30
© 2023 PT. Konteks Indonesia Media. Designed by Strategi Media Network.
  • TENTANG KAMI
  • REDAKSI
  • DISCLAIMER
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • KONTAK

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

Dukung Warga Konteks

Dukung Warga Konteks
Mohon matikan Ad Blocker

Sign In or Register

Welcome Back!

Login to your account below.

Lost password?