KONTEKS.CO.ID – Ketum Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto, dianggap lebih kalem saat menjadi calon presiden untuk Pemilu 2024. Sikap Prabowo sangat berbeda saat pencalonan sebelumnya.
Dalam wawacara eksklusif dengan Mata Najwa, Prabowo menyampaikan kalau dirinya tetap orang yang sama dan tidak banyak berubah.
“Saya merasa tidak terlalu berubah. Dulu mungkin persepsinya, mungkin momen dimana media menangkap saat pada saat itu sedang semangat,” kata Prabowo yang dikutip pada Jumat, 30 Juni 2023.
Prabowo kemudian menceritakan saat kampanye, dirinya selalu membayangkan masyarakat berkumpul dan telah menunggu lama, di bawah terik matahari panas, harus dihormati dan berbicara dengan penuh semangat.
“Kita bayangkan, rakyat datang dari jauh, dia kumpul, nunggu ber jam-jam, di panas terik matahari untuk menunggu tokoh yang dia ingin dengar pandangan-pandangannya, kemudian kita sebagai tokoh yang datang, ini massa, rakyat, yang datang jauh, berdiri lama, di terik matahari, dan kita bicara biasa-biasa saja, dengan nada yang biasa-biasa saja, menurut saya kurang menghormati rakyat di situ. Jadi akhirnya, kalau Anda perhatikan dimana-mana, saya berpandangan, kita harus bicara dengan semangat,” kata Prabowo.
Menurut Prabowo, dirinya tidak mungkin berbicara dengan nada yang biasa-biasa saja. Apalagi, saat berbicara dengan penuh semangat, dirinya mendapat apresiasi dari para elite termasuk media.
“Tidak mungkin berbicara dengan samangat ini dipersepsi oleh elite yah, media itu elite loh, meletup-letup. Pers ini pinter, yang diambil kadang-kadang yang itu saja, yang meletup-letup. Alhamdulillah saya diundang sekarang, jadi saya ngak usah meletup-letup,” katanya.
“Karena mereka (penonton) duduk, tidak terlalu panas,” ujarnya lagi.
Kemudian Prabowo menyampaikan beberapa hal yang kerap disalah persepsikan terhadap dirinya. “Riwayat saya sebagian besar sebagai prajurit, sebagai tentara. Prajurit itu, tentara itu, hidupnya keras, saya apalagi lama sekali di pasukan tempur. Kayanya sebentar sekali di belakang meja,” katanya.
Prabowo kemudian menyampaikan kalau prajurit atau mereaka yang ada di pasukan tempur biasa diibaratkan sebagai harimau. Dibutuhkan negara untuk membela negara.
“Kalau negara kita diganggu, kita mau tentara kita yang harimau. Bukan yang embee begitu,” katanya.
“Jadi ada pepatah, seribu kambing, dipimpin oleh harimau, kambingnya akan mengaum semua. Seribu harimau dipimpin kambing, harimaunya akan embee semua,” katanya.
“Harimau harus dipimpin harimau, jadi mungkin Prabowo itu persepsinya keras, Prabowo itu serem begitu. Kan saya ngak serem sekarang. jadi itu masalahnya,” kata Prabowo.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"