KONTEKS.CO.ID – Belakangan ini, dunia maya dihebohkan dengan sebuah video viral di TikTok yang menampilkan seorang anak kecil sedang dimarahi oleh orang tuanya lantaran bermain RP atau roleplay.
Video tersebut mengungkapkan bahwa anak tersebut sedang bermain RP atau roleplay di internet, yang membuatnya menangis.
Namun, apa sebenarnya game RP atau roleplay itu? Mengapa hal ini bisa menjadi viral di TikTok?
Game RP atau roleplay adalah bentuk aktivitas di mana seseorang mengadopsi peran fiktif atau karakter dan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks yang telah mereka sepakati.
Aktivitas ini seringkali ada dalam berbagai bidang seperti permainan peran, seni peran, forum online, dan teater improvisasi. Orang yang terlibat dalam roleplay disebut sebagai roleplayer.
Meskipun roleplay bukanlah hal baru, perkembangan dunia digital telah membawa aktivitas ini ke dalam interaksi di internet, yang pada beberapa kasus dapat berpotensi membahayakan.
Terutama bagi anak-anak, roleplay dapat memiliki dampak negatif yang perlu diwaspadai.
Bermain roleplay sebenarnya dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan mengembangkan imajinasi anak-anak.
Namun, ada beberapa bahaya yang perlu kita perhatikan ketika anak-anak terlibat dalam bermain roleplay:
1. Pelecehan dan eksploitasi
Dalam lingkungan roleplay, baik online maupun offline, terdapat risiko bahwa anak-anak dapat menjadi sasaran pelecehan, intimidasi, atau eksploitasi oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Anak-anak seringkali rentan karena cenderung percaya pada orang lain dan sulit membedakan antara karakter dalam permainan dengan kehidupan nyata.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pengawas untuk mengawasi dan mengontrol akses anak-anak terhadap lingkungan roleplay.
2. Kehilangan identitas diri
Terlalu sering terlibat dalam bermain roleplay yang intens dapat membuat anak-anak kehilangan pemahaman tentang identitas mereka sendiri.
Mereka dapat terjebak dalam peran fiktif mereka dan kesulitan membedakan antara realitas dan fantasi.
Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan identitas anak-anak dan hubungan sosial mereka di dunia nyata.
3. Penyalahgunaan waktu dan kurangnya aktivitas fisik
Bermain roleplay yang intens dapat mengakibatkan anak-anak menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar dan mengurangi partisipasi dalam aktivitas fisik yang penting untuk kesehatan mereka.
Ketergantungan pada permainan roleplay juga dapat mengganggu tidur yang cukup, kegiatan sekolah, dan interaksi sosial di dunia nyata.
4. Gangguan emosional dan mental
Beberapa jenis roleplay, terutama yang mengandung kekerasan atau konten dewasa, dapat memengaruhi emosi dan kesehatan mental anak-anak.
Konten yang tidak sesuai usia, konflik yang intens, atau karakter dengan sikap negatif dapat memengaruhi persepsi dan perilaku anak-anak di dunia nyata.
5. Ketergantungan dan isolasi sosial
Bermain roleplay secara berlebihan dapat menyebabkan anak-anak terlalu terikat pada dunia permainan dan mengalami isolasi sosial.
Mereka mungkin menghabiskan lebih sedikit waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya atau anggota keluarga, dan lebih memilih bermain roleplay secara virtual.
Hal ini dapat mengganggu perkembangan sosial anak-anak dan mengurangi keterampilan komunikasi langsung.
Dalam menghadapi bahaya-bahaya tersebut, penting bagi orang tua dan pengawas untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko yang terkait dengan roleplay.
Pengawasan yang cermat terhadap aktivitas anak-anak di dunia maya dan dialog terbuka tentang penggunaan internet dapat membantu melindungi mereka dari potensi bahaya.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"