KONTEKS.CO.ID – Kementerian Kesehatan Taiwan baru-baru ini menemukan zat berbahaya Etilen Oksida pada produk Indomie Ayam Bawang Spesial buatan Indonesia.
Senyawa ini merupakan karsinogenik atau pemicu pertumbuhan sel kanker. Lebih tepatnya limfoma atau kanker kelenjar getah bening serta leukemia.
Zat berbahaya ini merupakan gas buatan manusia yang beracun dan memiliki karakteristik tidak berwarna, mudah terbakar. Pada suhu kamar senyawa ini dapat menghasilkan bau yang manis.
Gas ini biasanya berfungsi sebagai etilen glikol dalam berbagai produk seperti obat-obatan, busa poliuretan, deterjen, tekstil, perekat dan pelarut.
Selain itu, industri kedokteran juga menggunakan turunan etilen oksida untuk mensterilkan peralatan medis, bedah, dan produk lainnya.
Namun, proses penanganan, sterilisasi, penyimpanan maupun pemindahan senyawa ini bisa menyebabkan tempat kerja jadi beracun. Terutama jika pekerja terluka melalui kontak kulit atau polusi udara yang mengandung etilen oksida.
Badan internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) juga mengklasifikasikan etilen oksida sebagai karsinogenik.
Meskipun paparannya sedikit, namun dapat meningkatkan risiko bahaya kesehatan seperti penglihatan kabur, kesulitan bernapas hingga masalah pada sistem saraf.
Bahkan menelan senyawa ini bisa menyebabkan sakit perut dan nyeri. Selain itu, etilen oksida juga beracun bagi sistem reproduksi dan janin sehingga sangat berbahaya bagi ibu hamil dan janin.
Apakah Etilen Oksida bisa keluar dari tubuh?
Bahan kimia ini bisa meninggalkan tubuh setiap 40 menit atau lebih, relatif cepat 50 persen dari bahan lainnya. Meski begitu, zat satu ini tetap dapat menyebabkan cedera seumur hidup.
Tersedia dua jenis tes untuk mengetahui apakah seseorang telah terpapar etilen oksida yakni melalui tes dalam darah dan juga napasnya.
Namun, tes ini tidak bisa memprediksi bagaimana zat tersebut mempengaruhi kesehatan, melainkan hanya untuk memantau tingkat paparan di tubuh.
Untuk menghindari bahaya etilen oksida, sangatlah penting bagi masyarakat untuk memperhatikan bahan-bahan yang ia gunakan dalam produk makanan yang mereka konsumsi.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"