KONTEKS.CO.ID – Polisemi termasuk istilah pemaknaan, pelafalan dan pengejaannya dalam bahasa Indonesia.
Istilah ini muncul karena terdapat kata atau frasa yang mempunyai lafal dan ejaan yang sama tapi makna berbeda.
Secara etimologi istilah ini berasal dari 2 kata bahasa Yunani, “poly” yang berarti banyak dan “sema” yang berarti tanda.
Sehingga, apabila digabung akan membentuk kata “polysemos” yang berarti “kata yang memiliki banyak makna”.
Sedangkan menurut KBBI, polisemi adalah bentuk bahasa (kata, frasa, dan sebagainya) yang mempunyai makna lebih dari satu. Makna yang terkandung bisa berupa makna konotasi ataupun denotasi.
Kita dapat menentukan makna yang terkandung dengan melihat sebuah kalimat secara keseluruhan. Perhatikan beberapa contoh kata polisemi dalam Kalimat di bawah ini:
– Langit
- Siang ini “langit” nampak gelap, sepertinya akan turun hujan. (Langit dalam artian tempat beradanya bulan, bintang, dan yang lainnya)
- Saat memeriksa, Dokter gigi menyuruhku membuka mulut lebar-lebar untuk melihat “langit-langit” mulutku. (Bagian atas mulut)
– Tinggi
- Rendi merupakan siswa paling “tinggi” di kelas 3. (Tinggi dalam artian panjang badan)
- Sebaiknya kita membuang jauh sikap “tinggi” hati. (Tinggi hati dalam artian sombong)
– Kepala
- Kepalanya berdarah setelah jatuh dari tangga. (Kepala dalam artian anggota tubuh)
- Erwin menunggu persetujuan “Kepala Sekolah” untuk bisa mengikuti turnamen. (Kepala dalam artian pemimpin)
– Darah
- Korban kecelakaan itu tewas setelah kehilangan banyak “darah”. (Darah dalam artian cairan tubuh)
- Kanjeng Dimas ternyata masih termasuk “darah” biru. (Darah dalam artian Keturunan).***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"