KONTEKS.CO.ID - Film Legenda Kelam Malin Kundang kembali menyita perhatian publik setelah Joko Anwar, selaku produser dan penulis, mengungkap fakta menarik di balik proses produksinya.
Bukan hanya menghadirkan reinterpretasi modern dari kisah klasik Malin Kundang, film ini juga menerapkan standar internasional lewat penggunaan intimacy coordinator (IC) untuk menangani adegan-adegan sensitif.
Pendekatan ini jarang ditemukan dalam produksi film Indonesia, sehingga menjadi sorotan baru yang menunjukkan betapa seriusnya tim produksi menjaga etika, keamanan, serta kenyamanan seluruh aktor.
Joko Anwar menjelaskan bahwa adegan intim bukan sekadar bagian dari akting, melainkan situasi yang menyentuh batas privasi aktor.
Karena itu, kehadiran IC sangat penting untuk memastikan setiap adegan direncanakan secara aman, profesional, dan bebas dari tekanan.
Ia menegaskan bahwa IC bekerja layaknya koreografer, membimbing aktor dan sutradara dalam 'koreografi intim' yang etis sekaligus estetis.
"Sebagai film yang memuat adegan intim, kami bekerja dengan Intimacy Coordinator profesional, mengikuti standar internasional demi keamanan semua aktor," tulis Joko Anwar dalam unggahannya.
Baca Juga: Disidang Kasus Korupsi, PM Israel Netanyahu Minta Pengampunan
Dalam penjelasannya, Joko juga memaparkan asal-usul penggunaan intimacy coordinator di industri film global.
Praktik ini mulai diwajibkan setelah munculnya gerakan #MeToo pada 2017 yang mengungkap banyak kasus pelecehan di dunia hiburan.
HBO menjadi studio pertama yang mewajibkan penggunaan IC pada 2018, dan sejak itu standar tersebut menyebar ke seluruh dunia.
Baca Juga: Aturan Baru ITB 2026: TKA Kini Jadi Syarat Wajib Seleksi SNBP
Kini, Indonesia mulai mengadopsi praktik serupa demi menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan menghormati batasan personal aktor.