KONTEKS.CO.ID – Live-action Snow White produksi Disney akhirnya resmi dirilis pada Jumat 21 Maret 2025.
Namun, jauh sebelum film ini tayang di bioskop, gelombang kontroversi telah menghantam proyek ini.
Mulai dari pemilihan pemeran yang dianggap terlalu sadar atau waspada terhadap ketidakadilan sosial dan rasial (woke), konflik politik para aktornya, hingga prediksi buruk soal performa di box office.
Dengan anggaran fantastis sebesar USD270 juta (Rp4,4 triliun), film ini terancam mengalami kerugian besar. Akankah Snow White mampu mengatasi badai kontroversi dan tetap sukses?
Baca Juga: Myles Lewis Skelly Ukir Sejarah! Jadi Pemain Termuda yang Cetak Gol di Debut Timnas Inggris
Pemilihan Rachel Zegler: ‘Snow Woke’ dan Kritik Rasial
Sejak awal, pemilihan Rachel Zegler sebagai Snow White menuai kritik tajam.
Aktris keturunan Kolombia-Amerika ini dianggap tidak sesuai dengan karakter klasik Snow White yang dalam cerita aslinya memiliki kulit "seputih salju".
Banyak kritikus di media sosial menyebut film ini sebagai "Snow Woke", karena dianggap terlalu memaksakan inklusivitas rasial tanpa mempertimbangkan esensi cerita orisinalnya.
Sejumlah penggemar Disney bahkan mengancam untuk memboikot film ini. Zegler sendiri semakin memperkeruh situasi dengan pernyataan kontroversialnya tentang film Snow White versi 1937.
Baca Juga: Ifan Seventeen Tak Ingin Ada Drama Lagi Soal Dirut PFN, Umbar Janji Beri Update Positif
Dalam sebuah wawancara, ia mengaku tidak nyaman dengan kisah aslinya yang terlalu berfokus pada romansa.
"Aku nonton versi originalnya dan merasa ngeri. Kayaknya aku pernah nonton sekali, lalu tidak pernah nonton lagi," ucapnya dalam wawancara dengan Entertainment Weekly.
Konflik Politik: Rachel Zegler vs. Gal Gadot
Selain kritik soal casting, isu politik ikut menyeret film ini. Rachel Zegler dan Gal Gadot, yang berperan sebagai Evil Queen, justru terlibat dalam pandangan politik yang berseberangan.
Baca Juga: Hasan Nasbi Klarifikasi Soal Masak Kepala Babi yang Dikirim untuk Teror Wartawan Tempo