KONTEKS.CO.ID – Lagu Malam Kudus atau “Silent Night” kerap terdengar senandungnya pada malam Natal oleh umat Kristiani.
Seluruh gereja di dunia akan memperdengarkan musik serta paduan suara gereja yang menyanyikan lagu Malam Kudus atau Silent Night saat Natal.
Lagu Silent Night berasal dari Eropa tepatnya Jerman. Lirik aslinya berjudul Stille Nacht dan terjemahan Bahasa Indonesianya berjudul “Malam Kudus”.
Lagu ini pertama kali terdengar di Nicola-Kirche (Gereja St. Nikolas) di Oberndorf, Austria.
Namun, siapa sangka lagu Malam Kudus atau Silent Night ini punya kisah pilu yang lahir di tengah bencana. Menariknya lagi, lagu ini sedikit ada hubungannya dengan Gunung Tambora yang meletus di Nusantara.
Berawal dari Puisi dan Gunung Tambora
Alkisah, lagu Malam Kudus atau Silent Night berawal dari salah satu daerah paling menderita di Eropa pada awal abad ke-19 bernama Salzburg.
Salzburg merupakan sebuah kota yang kaya budaya dan sejarah musik. Kota ini memiliki ikatan dengan Mozart dan von Trapp Family Singers, sumber inspirasi untuk film ‘The Sound of Music‘.
Di kota ini lahir seorang pria bernama Joseph Franz Mohr (1792-1848), anak dari ibu seorang penjahit dan ayah mantan tentara di Salzburg.
Mohr tumbuh besar di Salzburg. Sekitar tahun 1808 dia pergi ke Biara Kremsmunster di Upper Austria guna belajar filsafat. Lulus dari situ, Mohr masuk sekolah seminari Salzburg.
Lalu pada 1815 dia sah menjadi seorang pastor dan mendapat tugas di Mariapfarr, Lungau, kampung halaman ayahnya.
Mohr mengemban tugas yang sangat berat. Sejak awal 1800-an Salzburg jadi rebutan Bavaria Austria dan Prancis, ketika perang Napoleon melanda Eropa.
Karena menjadi lokasi pertempuran, Salzburg lekat dengan kesulitan ekonomi dan kriminalitas lalu penderitaan itu bertambah.
Pada April 1815 Gunung Tambora di Pulau Sumbawa meletus. Meski lokasinya di Nusantara, material yang berhembus dari letusannya memicu anomali iklim bumi secara dramatis.
Tahun 1816 atau setahun setelah letusan yang terkenal sebagai ‘Tahun Tanpa Musim Panas atau ‘The Year Without a Summer’, di Eropa salju jatuh di musim panas. Atau, hujan deras datang bertubi-tubi membuat tanaman mati.
Di masa sulit itulah Mohr menulis puisi berisi enam stanza berjudul “Stille Nacht”.
Orgel Rusak Hingga Jadi Kidung Natal
Pada suatu malam, orgel (alat musik kuno mirip organ) di Nicola-Kirche sedang rusak. Pastor Mohr kemudian berinisiatif meminta bantuan kepada sahabatnya yang juga komposer gereja, Franz Xaver Gruber (1718-1863).
Pastor Mohr meminta Gruber untuk membuatkan melodi dengan iringan gitarnya. Awalnya Gruber menolak permintaan Mohr tersebut. Dia khawatir respons jemaat Oberndorf dan tidak menyukai musiknya yang penyusunannya hanya beberapa jam jelang misa.
Hasil gubahan Gruber rupanya di luar ekspektasi. Sebuah lirik mendalam dan lagu sederhana nan syahdu dan kini populer di masyarakat.
Bahkan, orang-orang yang datang ke gereja di Malam Natal kala itu heran dan terpesona dengan keindahan melodi dari lagu Malam Kudus tersebut. Konon, ada sedikit perubahan pada melodi lagu terutama di bagian akhir.
Kini, Stille Nacht ala Mohr dan Gruber telah diterjemahkan dalam 300 bahasa dan dialek termasuk ke Bahasa Indonesia dengan judul “Malam Kudus”.
Malam yang Suci
Pastor Kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang, Aluysius Budi Purnomo Pr memberikan penilaiannya terkait lagu Malam Kudus, menukil wawancara dalam YouTube Narasi Newsroom.
“Lagu ini memang menyentuh ya. Saya pertama kali mendengar lagu ini, seingat saya pada waktu taman kanak-kanak kita sudah diajak untuk menyanyi, bahkan lomba menyanyi, deklamasi,” ujarnya.
“Nah di taman kanak-kanak itu kami punya gereja yang waktu itu malam Natal itu masih dirayakan tengah malam. Nah, ketika itu lagunya bahasa Jawa, ‘Ing Ratri’. ‘Ing Ratri itu artinya apa, malam sunyi itu bahasa Jawanya,” lanjutnya.
“Ing Ratri itu malam yang suci. ‘Dalu Adi malam yang terberkati, ‘Wus Nendra Donya Sri’ lalu disebut Yesus sang penebur lahir”.
Menurut Pastor Aluysius, kalimat-kalimat dalam lagu Malam Kudus itu sebenarnya kalimat-kalimat yang ada di dalam Injil. Di mana, ketika Natal perdana terjadi, malaikat-malaikat mengabarkan kelahiran Yesus bukan pada raja-raja.
“Pertama kali Natal diwartakan kepada para gembala, para gembala itu siapa? Rakyat kecil, ya orang yang dengan segala kesulitannya,” katanya.
Grup folks Strassers dan Rainers membawa lagu Malam Kudus dari Salzbourg ke daerah Eropa lainnya hingga terus populer di seluruh pelosok.
Rainers pula yang menyanyikannya di Gereja Trinity Wall Street Amerika Serikat pada 1839.
Manuskrip Asli yang Hilang
Kisah Malam Kudus yang paling terkenal boleh jadi ialah ketika malam Natal 1914. Di satu tempat di Front Barat semasa Perang Dunia 1 tentara Jerman dan Inggris Tengah bertempur. Malam itu kedua pihak meletakkan senjata dan bersama menyanyikan lagu Malam Kudus.
“Lagu ini pada dasarnya merupakan lagu yang berjiwa kerakyatan. Rakyat yang dipenuhi dengan segala macam perjuangan, penderitaan, kesulitan tapi punya pengharapan,” kata Pastor Aluysius.
Konon pula, selama bertahun-tahun Stile Nacht diketahui digubah hanya oleh Franz Xaver Gruber.
Manuskrip asli dari Stille Nacht menurut dugaan telah hilang akibat gereja Nicola-Kirche hancur oleh banjir pada tahun 1900-an. Sebuah kapel memorial kemudian dibangun di tempatnya pada tahun 1930-an.
Namun, ada penemuan sebuah manuskrip lain pada 1995 dan menunjukkan keasliannya. Sebabnya, ada tulisan tangan langsung Pastor Mohr. Para peneliti memperkirakan berasal dari sekitar tahun 1820.
Manuskrip tersebut menjadi naskah tertua yang ada dan satu-satunya yang ditulis oleh Pastor Mohr.
Banyak yang menyebut lagu ini mirip dengan aspek-aspek musik rakyat dan yodeling Austria. Gruber, sang penggubah terpengaruh oleh tradisi musik daerah pedesaan tempat tinggalnya di Austria.
Namun di balik kepopulerannya, lagu Malam Kudus pernah terlupakan. Lagu ini kembali populer setelah seorang reparasi orgel menemukan naskah ini pada 1825 dan menghidupkannya kembali.
Hingga kini, kumpulan aransemen pastor Mohr (1820) masih tersimpan rapi di Museum Carolino Augusteum di Salzburg.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"