KONTEKS.CO.ID - Harga Bitcoin (BTC) mengalami penurunan mencapai USD66.792. Data dari Coingecko pada Jumat pagi, 14 Juni 2024menunjukkan harga ini tercapai setelah BTC turun sebesar 1,5 persen dalam 24 jam terakhir.
Banyak analis menyarankan investor untuk menahan diri dan menunggu konfirmasi sebelum kembali memasuki pasar. Namun, ada juga yang memanfaatkan penurunan harga ini untuk membeli Bitcoin.
Di tengah penurunan harga ini, MicroSategy membuat gebrakan dengan mengumumkan rencana untuk menawarkan obligasi sebesar Rp10,5 triliun.
Obligasi ini memiliki tanggal jatuh tempo pada tahun 203. Kabarnya, obligasi tersebut akan ditawarkan secara pribadi kepada pembeli institusional yang memenuhi syarat, sesuai dengan aturan 144A dari Securities Act 1933.
"Surat utang tersebut tidak akan dijamin, ini merupakan kewajiban senior MicroStrategy dan akan menanggung bunga setiap semester pada tanggal 15 Juni dan 15 Desember setiap tahun, dimulai pada tanggal 15 Desember 2024," kata MicroStrategy dalam pernyataannya.
Surat utang ini akan jatuh tempo pada tanggal 15 Juni 2032, kecuali dibeli kembali, ditebus, atau dikonversi lebih awal sesuai dengan ketentuannya. Hasil bersih dari penjualan obligasi ini akan digunakan untuk membeli Bitcoin tambahan.
Hal tersebut sejalan dengan tujuan jangka panjang MicroStrategy dalam menggunakan Bitcoin sebagai aset cadangan perbendaharaannya.
Selain itu, MicroStrategy juga memberikan opsi kepada pembeli awal surat utang untuk membeli tambahan jumlah pokok agregat.
Keputusan ini mencerminkan keyakinan kuat MicroStrategy terhadap potensi jangka panjang Bitcoin sebagai aset investasi.
Di bawah kepemimpinan CEO Michael Saylor, MicroStrategy telah menjadi salah satu pemegang Bitcoin terbesar di dunia.
Kepemilikan perusahan tersebut sekitar 214.400 BTC hingga 1 Mei 2024, yang bernilai sekitar USD7,5 miliar.
Strategi ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam mengakumulasi Bitcoin, dengan rata-rata harga pembelian sebesar USD35.158 per BTC.***