KONTEKS.CO.ID - Ekonomi Indonesia Rentan Krisis tercermin dari segmen ekspor yang masih menjadikan komoditas sebagai tulang punggung. Shifting menuju sektor non komoditas yang tengah dilakukan pemerintah, ternyata kalah cepat dengan badai ekonomi global yang telah datang di hampir seluruh negara.
Sebagai salah satu penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan luasan tutupan lahan kelapa sawit sebesar 16,38 juta hektar dan produksi 46,8 juta ton CPO, membuat Indonesia menikmati booming harga komoditas saat ini. Namun inilah yang buat Ekonomi Indonesia Rentan Krisis karena ketergantungan pada harga dunia.
“Peran industri kelapa sawit terhadap perekonomian nasional hingga saat ini belum tergantikan,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo beberapa waktu lalu dalam laman resmi kementerian.
Ia mengakui bahwa industri sawit menjadi andalan kinerja neraca perdagangan nasional. Betapa tidak, kontribusinya mencapai 13,50 persen terhadap ekspor nonmigas dan menyumbang 3,50 persen terhadap total PDB Indonesia.
Sebesar 96,86 persen dari total nilai ekspor pertanian berasal dari komoditas perkebunan terutama kelapa sawit dengan share sebesar 73,83 persen. Selain kelapa sawit, pemasukan negara yang berasal dari pertambangan pun tidak main-main, angkanya mencapai 13,47 persen atas pertumbuhan ekonomi.
PNB pertambangan mencapai Rp173,5 triliun per 16 Desember 2022. Pendapatan pajak di sektor pertambangan ini naik sebesar 170 persen dari target yang pemerintah tetapkan tahun ini sebesar Rp101,18 triliun.angka ini dipaparkan oleh Direktur Penerimaan Mineral dan Batubara Ditjen Minerba, Yose Rizal dalam keterangan resminya, Kamis 29 Desember.
Menurutnya, besaran ini diraih karena harga komoditas tambang seperti batu bara pada 2022 harganya meroket ke US$330,97 per ton berdasarkan Harga Batubara Acuan (HBA) Oktober.