KONTEKS.CO.ID - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mengalami kontraksi 0,98 persen pada kuartal pertama 2025, jika dihitung secara kuartalan tanpa penyesuaian musiman.
Ini menjadi sinyal awal pelambatan ekonomi yang patut dicermati, terutama di tengah tekanan global dan lemahnya permintaan domestik.
Meski konsumsi rumah tangga — yang menyumbang lebih dari setengah total PDB — tumbuh 4,89 persen secara tahunan, laju ini menjadi yang paling lambat dalam lima kuartal terakhir.
Pertumbuhan ini sedikit menurun dibandingkan kuartal sebelumnya, bahkan terjadi di tengah momen Ramadan yang biasanya mendorong belanja masyarakat.
Menurut BPS, pengeluaran masyarakat untuk makan di luar, transportasi, dan komunikasi masih mencatatkan pertumbuhan yang kuat.
Namun, belanja untuk kebutuhan lainnya seperti alas kaki mengalami pelemahan. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat di tengah situasi ekonomi yang menantang.
Ekonom Bank Central Asia atau BCA, Barra Kukuh Mamia, mengatakan kendati data agregat menunjukkan daya beli masih relatif stabil.
Sejumlah indikator lain mengisyaratkan adanya tekanan pada konsumsi kelas menengah di kawasan perkotaan, demikian
Di sisi lain, investasi pada kuartal pertama juga mengalami perlambatan, hanya tumbuh 2,12 persen dan merupakan angka terendah dalam dua tahun terakhir.
Belanja pemerintah pun tercatat menurun, walau kontribusi ekspor netto terhadap PDB meningkat, berkat turunnya angka impor.
Dari sisi sektoral, sektor pertambangan mencatat kontraksi sekitar 1% akibat pelemahan harga batu bara di pasar global.
Namun, sektor pertanian menjadi titik terang dengan pertumbuhan signifikan sebesar 10,5 persen.
Pertumbuhan ini didorong panen padi dan jagung yang lebih kuat selama awal tahun.***