KONTEKS.CO.ID - Ekonomi Indonesia tumbuh pada laju paling lambat dalam lebih dari tiga tahun terakhir pada kuartal pertama.
Berbagai tantangan diperkirakan akan terus membayangi sepanjang tahun, akibat gejolak perdagangan global dan penurunan konsumsi rumah tangga.
Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 4,87 persen pada kuartal pertama dibandingkan tahun sebelumnya.
Ini merupakan laju pertumbuhan paling lambat sejak kuartal ketiga 2021, dan menurun dari 5,02 persen pada kuartal sebelumnya.
Angka ini kurang lebih sejalan dengan proyeksi para analis dalam jajak pendapat Reuters sebesar 4,91 persen.
Presiden Prabowo Subianto berjanji untuk mendorong pertumbuhan PDB hingga 8 persen dalam lima tahun masa pemerintahannya.
Namun, ia menghadapi tantangan dari perlambatan pertumbuhan global akibat perang dagang, lemahnya permintaan domestik, dan keterbatasan anggaran.
Ekspor ke Amerika Serikat juga bisa terpengaruh tarif tinggi dalam beberapa bulan mendatang.
Namun, Jakarta sedang mengupayakan untuk mencegah Washington melakukan itu dengan cara perundingan.
“Berbagai tantangan sudah terlihat di depan mata, seperti dampak negatif dari ketegangan perang dagang antara AS dan negara-negara mitra dagangnya, termasuk Indonesia,” ujar Myrdal Gunarto, ekonom Maybank Indonesia, seperti dikutip dari Reuters.
Dia menambahkan bahwa ketidakpastian pasar global dapat membatasi ruang gerak Bank Indonesia untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut.
Bank Indonesia telah dua kali menurunkan suku bunga sejak September dan menyatakan masih memiliki ruang untuk pemangkasan lanjutan, meskipun prioritas utama tetap menjaga stabilitas pasar.
Sementara, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pertumbuhan Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara-negara anggota G20 lainnya.
Dan, belanja pemerintah akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ke depan.***