KONTEKS.CO.ID – Perusahaan properti China angkat kaki dari Sihanoukville, Kamboja saat pandemi Covid-19. Akibatnya, ratusan proyek bangunan mangkrak dan membuat warga setempat berada di situasi yang tidak pasti.
Salah satu contoh nyata dari dampak ini adalah bangunan apartemen 10 lantai.
Bangunan terbengkalai ini berada di atas lahan seluas 750 meter persegi milik seorang guru sekolah dasar bernama Pan Sombo.
Awalnya, investor asal China mengajukan proposal untuk membangun apartemen tersebut pada 2019, di tengah lonjakan industri real estate Kamboja.
Namun, ketika pandemi Covid-19 melanda, investor tersebut meninggalkan proyek dan tidak kembali ke Kamboja.
Akibatnya Pan Sombo kini hanya memiliki bangunan setengah jadi.
“Ini sama sekali tidak terbayangkan,” kata Pan Sombo, seperti mengutip dari Nikkei Asia.
Kisah Pan Sombo hanyalah satu dari banyak cerita serupa di Sihanoukville.
Menurut pemerintah kota, ada sekitar 360 bangunan yang belum selesai terbangun.
Sementara sekitar 170 bangunan lainnya telah selesai namun masih kosong.
Pada pertengahan 2010-an, Sihanoukville berkembang pesat berkat investasi besar dari China. Kini justru terbelenggu masa sulit.
Guyuran uang dari China dalam membangun infrastruktur yang mengesankan, termasuk hotel mewah dan pusat perbelanjaan, puluhan kasino bahkan membuatnya mendapat julukan ‘Makau Kedua’.
Namun, pandemi Covid-19 memberikan pukulan besar pada Sihanoukville.
Turis China yang merupakan sumber pendapatan utama kota itu menyusut drastis. Jumlah penumpang di bandara internasional merosot tajam.
Tidak hanya Kamboja yang merasakan dampak ini. Perusahaan properti raksasa China, Country Garden Holdings, juga menghadapi krisis utang yang merembet ke Malaysia.
Situasi ini mengancam proyek pembangunan senilai USD100 miliar di Johor.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"