KONTEKS.CO.ID – India larang ekspor beras putih non-basmati yang berlaku langsung Kamis malam, yang terbaru dalam upaya pemerintah untuk mengendalikan harga pangan yang tinggi di dalam negeri.
Kementerian Urusan Konsumen India mengatakan, larangan tersebut akan membantu memastikan ketersediaan yang memadai beras putih non-basmati di India, serta menahan kenaikan harga di pasar domestik.
India adalah pengekspor beras terkemuka di dunia, menyumbang lebih dari 40% perdagangan beras global, serta produsen terbesar kedua setelah China.
Analis mengatakan kepada CNBC, bahwa larangan minggu ini dapat membuat harga yang sudah tinggi melonjak lebih tinggi lagi. Hal itu menambah efek dari larangan pengiriman beras pecah pada bulan September di negara itu.
“(Pasokan) beras global akan mengetat secara drastis… karena negara ini adalah produsen makanan pokok kedua terbesar di dunia,” kata Eve Barre, ekonom ASEAN di perusahaan asuransi kredit perdagangan Coface, dikutip CNBC, Jumat 21 Juli 2023.
Barre mengatakan, Bangladesh dan Nepal akan paling terpukul oleh larangan tersebut, karena kedua negara tersebut adalah tujuan ekspor utama.
Selain berkurangnya pasokan beras dunia, reaksi panik dan spekulasi di pasar beras global akan memperparah kenaikan harga.
Larangan itu juga dapat memperburuk kerawanan pangan bagi negara-negara yang sangat bergantung pada beras, prediksi firma analitik pertanian Gro Intelligence dalam laporan baru-baru ini yang diterbitkan sebelum pengumuman larangan.
“Tujuan teratas untuk beras India termasuk Bangladesh, China, Benin, dan Nepal. Negara-negara Afrika lainnya juga mengimpor beras India dalam jumlah besar,” tulis analis Gro Intelligence.
Menurut Kementerian Urusan Konsumen India, beras putih non-basmati sekitar 25% ekspor beras India.
“Importir yang terkena dampak dapat beralih ke pemasok alternatif di wilayah tersebut, seperti Thailand dan Vietnam,” kata ekonom senior Bank DBS Radhika Rao.
India Larang Ekspor Beras, Harga Naik Lebih Tinggi?
“Selain pengurangan pasokan beras global, reaksi panik dan spekulasi di pasar beras global akan memperburuk kenaikan harga,” sebut Barre dari Coface.
Harga sudah melayang di level tertinggi satu dekade, sebagian karena pasokan yang lebih ketat ketika bahan pokok menjadi alternatif yang menarik. Sebab harga biji-bijian utama lainnya melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Harga gandum melonjak pekan ini setelah Rusia menarik diri dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam. Perjanjian tersebut berusaha untuk mencegah krisis pangan global dengan mengizinkan Ukraina untuk terus mengekspor.
“Inflasi beras telah meningkat dari rata-rata 6% year-on-year tahun lalu menjadi hampir 12% pada Juni 2023,” kata Rao DBS.
Negara Asia Selatan itu bergulat dengan harga sayur, buah, dan biji-bijian yang tinggi. Harga tomat di India melonjak lebih dari 300% dalam beberapa pekan terakhir karena cuaca buruk.
Sebuah jajak pendapat Reuters memperkirakan inflasi negara kemungkinan mencapai 4,58% tahun-ke-tahun karena melonjaknya harga pangan.
Analis senior Rabobank Oscar Tjakra memperkirakan harga beras global akan terus meningkat karena pangsa India di pasar global. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"