KONTEKS.CO.ID – Negara bagian Kerala, India, berjuang menghadapi gelombang panas yang jarang terjadi.
Akibat panas tinggi, pemerintah terpaksa menutup semua sekolah dan perguruan tinggi hingga Senin, 6 April 2024 mendatang.
Langkah ini mereka ambil sebagai tindakan darurat menyusul lonjakan suhu yang mengkhawatirkan.
Selain itu, masyarakat di wilayah pesisir diimbau untuk membatasi paparan sinar matahari dan waspada terhadap risiko kebakaran hutan.
Sebagian besar wilayah India mengalami suhu tinggi. Departemen cuaca memperkirakan gelombang panas akan terjadi dalam jumlah yang luar biasa hingga bulan Juni.
Meskipun Kerala jarang mengalami gelombang panas, data dari Departemen Meteorologi India (IMD) menunjukkan, negara bagian tersebut telah mencatat lima hari gelombang panas pada bulan April.
Faktor-faktor seperti pola cuaca El Nino juga turut berperan dalam peningkatan suhu.
IMD mengingatkan, tahun-tahun El Nino cenderung menyebabkan cuaca lebih panas dan kering di Asia.
Pemerintah negara bagian Kerala telah mengeluarkan arahan kepada masyarakat untuk mengurangi paparan sinar matahari.
Sementara pihak berwenang harus memantau situasi guna mencegah kebakaran hutan.
Beberapa wilayah juga telah mengeluarkan peringatan gelombang panas.
Namun, dampak gelombang panas tidak hanya terasan di Kerala.
Sekolah-sekolah di beberapa wilayah Asia dan Afrika Utara juga terpaksa tutup akibat kondisi cuaca yang ekstrem.
Hal ini menyoroti kesenjangan pembelajaran antara negara-negara berkembang di daerah tropis dengan negara-negara maju.
Meskipun media lokal melaporkan adanya dua kematian akibat panas ekstrem di Kerala, pihak berwenang masih menyelidiki penyebab pastinya.
Sementara itu, suhu di ibu kota negara bagian, Thiruvananthapuram, mencapai 35 derajat Celcius.
“Dengan tingkat kelembapan yang tinggi, suhu terasa seperti 46 derajat Celcius,” menurut IMD.
Gelombang panas dan musim kemarau telah meningkatkan risiko kebakaran hutan di berbagai wilayah India.
Di negara bagian Odisha, kobaran api semakin parah karena beberapa orang membakar hutan untuk mengumpulkan bunga yang digunakan dalam pembuatan minuman keras.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"