KONTEKS.CO.ID – Belanda minta maaf atas perbudakan yang telah dilakukannya pada dua ratus tahun silam, hal tersebut merupakan kejahatan kemanusiaan. Pidato permintaan maaf ini dilakukan oleh Perdana Menteri Belanda Mark Rutte di National Archieve atau Arsip Nasional, Den Haag, Senin 19 Desember 2022.
Jauh sebelumnya, beberapa institusi di Belanda juga meminta maaf atas peran mereka dalam perbudakan di masa penjajahan. Diantaranya Bank sentral Belanda De Nederlandsche Bank, bank ABN Amro, kota Rotterdam, Utrecht dan Amsterdam.
Perbudakan akhirnya dihapuskan di bekas jajahan Suriname dan Antillen Belanda pada 1 Juli 1863. Dan pada 1860 perbudakan di Hindia Belanda secara resmi dihapuskan.
Tiga kota diatas memiliki keterlibatan besar dalam Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang merupakan perusahaan Hindia Timur Belanda, yang secara resmi bernama Persatuan Perusahaan Hindia Timur yang didirikan pada 20 Maret 1602.
VOC merupakan persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Kekuasaannya bertambah besar dan menjadi kepanjangan negara Belanda dalam perluasan kolonialismenya.
Dalam pidatonya Rutte menyebutkan sejarah menyangkut kita semua. “Negara Belanda meminta maaf secara anumerta kepada semua orang yang diperbudak di seluruh dunia dan menderita karena tindakan itu, kepada putra dan putri mereka dan semua keturunannya hingga hari ini,” katanya.
Menurut Dutch News, perdana menteri mengatakan, “selama berabad abad Belanda dan perwakilannya telah memfasilitasi, merangsang, memelihara dan mengambil keuntungan dari perbudakan.”
Ia menambahkan, selama berabad abad rakyat diubah menjadi komoditas atas nama negara Belanda, dieksploitasi dan dianiaya. Selama berabad-abad martabat manusia diinjak-injak di bawah otoritas negara Belanda, dengan cara yang paling mengerikan.
“Untuk ini saya minta maaf atas nama pemerintah Belanda.”
Permohonan maaf Rutte diucapkan dalam bahasa Inggris, bahasa Suriname Sranan Tongo dan Papiamento, bahasa yang digunakan di kepulauan Karibia Belanda.
Rutte juga memperjelas bahwa meminta maaf atas perbudakan untuk mendorong diskusi yang lebih luas tentang masa lalu perdagangan budak dan dampaknya. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"