KONTEKS.CO.ID – Krisis listrik tengah dihadapi Prancis pada musim dingin ini setelah operator jaringan listrik negara, Electricite de France (EDF) memperpanjang pemeliharaan untuk beberapa reaktor nuklir.
Prancis menghasilkan sekitar 70 persen listriknya dari 56 reaktor nuklir. Di mana lebih dari 20 reaktor saat ini ditutup, menyebabkan penurunan tajam pada pembangkit listrik. Hal inilah yang memicu krisis listrik.
EDF memperingatkan sebelumnya bahwa penghentian pemeliharaan dan perbaikan yang lebih lama dari yang direncanakan pada hampir setengah pembangkit nuklir negara itu dapat mengubah Prancis, yang saat ini pengekspor listrik, akan menjadi pengimpor setrum. Ini berarti Prancis bakal hadapi krisis listrik.
Operator jaringan juga memperingatkan potensi kekurangan listrik di bulan-bulan yang lebih dingin karena permintaan pemanas meningkat sementara utilitas bergulat dengan perbaikan reaktor. Demikian dilaporkan Bloomberg dan dilansir RT.
Ini juga akan menambah kekhawatiran atas pasokan listrik ke negara-negara tetangga, karena Prancis telah lama menjadi produsen energi nuklir terbesar di Eropa.
EDF mengumumkan pada Senin 19 Desember, pengoperasian kembali unit Penly-2 telah ditunda dari rencana awal 29 Januari ditunda hingga 11 Juni. Sementara pembukaan kembali unit Golfech-1 telah diundur hingga 11 Juni, tadinya direncanakan 18 Februari.
Penghentian reaktor Chattenom-3 dilaporkan telah diperpanjang satu bulan hingga 26 Maret, dan dimulainya kembali Civaux-2 telah ditunda lebih dari sebulan hingga 19 Februari.
Pada Jumat 16 Desember, EDF mengumumkan akan menunda peluncuran reaktor nuklir baru di Prancis barat beberapa bulan hingga 2024 karena pekerjaan konstruksi telah diperpanjang. Proyek itu sudah terlambat lebih dari satu dekade.
Orang tua protes rencana penutupan sekolah untuk hemat listrik
Pada minggu pertama Desember, para orang tua memprotes rencana langkah memerangi krisis listrik di Prancis melalui penutupan sekolah. Pemerintah menginstruksikan pemda untuk bersiap menghadapi potensi pemadaman listrik lokal.
Sedangkan sekolah tidak diprioritaskan oleh perencana jika terjadi pembatasan jaringan suplai energi selama musim dingin.
“Orang tua tidak ingin sekolah ditutup. Kami telah melihat dampak penutupan terhadap siswa,” kata Valerie Desouche, Wakil Sekretaris Persatuan Nasional Asosiasi Orang Tua Otonom (UNAAPE), kepada BFM TV, mengacu pada lock down selama pandemi Covid-19.
Ia menambahkan bahwa “tidak terpikirkan” untuk tidak menjadikan sekolah sebagai prioritas selama krisis energi. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"