KONTEKS.CO.ID – Perilaku Washington yang menjual gas ke Uni Eropa (UE) dengan harga empat kali lipat dari harga di dalam negerinya sendiri, mendapatkan kritikan tajam dari menteri keuangan Perancis Bruno Le Maire.
“AS (Amerika Serikat) tidak boleh dibiarkan mendominasi pasar energi global sementara Uni Eropa menderita akibat konflik di Ukraina. Ini tidak boleh berakhir dengan dominasi ekonomi Amerika dan melemahnya UE,” Le Maire memperingatkan saat berbicara di majelis nasional Perancis, sebagaimana dilaporkan RT.
Le Maire mengatakan tidak dapat diterima bahwa Washington “menjual gas alam cairnya empat kali lipat dari harga yang ditetapkan untuk para industrialisnya sendiri. Pelemahan ekonomi Eropa bukanlah kepentingan siapa pun,” tambahnya.
“Kita harus mencapai hubungan ekonomi yang lebih seimbang dalam masalah energi antara mitra Amerika kita dan benua Eropa ,” kata Le Maire.
Sebelum konflik di Ukraina, Rusia adalah pemasok gas terbesar Uni Eropa yang bertanggung jawab atas 45% dari impor gas blok tersebut. Namun, karena sanksi yang dikenakan pada Moskow dalam beberapa bulan terakhir, pasokan gas Rusia ke UE telah menurun secara signifikan.
Menghadapi krisis energi, negara-negara UE telah bergegas untuk mengisi fasilitas penyimpanan mereka dan tingkat cadangan di penyimpanan bawah tanah mendekati 91% pada hari Senin 10 Oktober 2022, menurut Infrastruktur Gas Eropa.
Situs penyimpanan sebagian besar diisi oleh gas alam cair (LNG) dan saat ini berada pada tingkat musiman tertinggi setidaknya sejak 2016, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Namun, impor LNG dari luar negeri jauh lebih mahal daripada gas yang dipasok melalui pipa dari Rusia di bawah kontrak jangka panjang dan harga energi di blok tersebut terus meningkat.
UE telah mempertimbangkan untuk menetapkan batas harga gas alam untuk semua pemasok, tetapi sejumlah negara menentangnya. Norwegia, negara non-UE tetapi mitra di Wilayah Ekonomi Eropa (EEA) dan salah satu pemasok gas utama UE, baru-baru ini memperingatkan bahwa langkah seperti ini dapat memperburuk situasi, memaksa eksportir mengalihkan pasokan ke pasar lain. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"