KONTEKS.CO.ID – Ketegangan meningkat di beberapa bagian ibu kota Haiti, Port-au-Prince menjelang pelantikan dewan transisi.
Geng-geng kriminal melancarkan serangkaian serangan bersenjata di sejumlah titik ibu kota.
Media lokal melaporkan adanya pembakaran dan baku tembak di pusat kota. Suasana ‘medan perang’ tercipta di beberapa wilayah.
Radio Tele Galaxie melalui saluran X melaporkan, daerah Delmas Bawah menjadi pusat pertempuran antara polisi dan geng bersenjata. Itu merupakan wilayah bagian miskin di ibu kota.
Banyak suara ledakan dan tembakan keras terdengar di sekitar area tersebut, termasuk di dekat Istana Nasional.
Dua rekaman suara yang beredar di media sosial, yang kemungkinan berasal dari pemimpin geng Jimmy ‘Barbeque’ Cherizier, memerintahkan anggotanya untuk membakar rumah-rumah di Lower Delmas.
“Terus bakar rumah-rumah. Suruh semua orang pergi,” kata seorang pria dalam rekaman audio pertama.
“Tidak perlu tahu rumah yang mana. Bakar setiap rumah yang Anda temukan. Nyalakan apinya,” katanya di rekaman suara lain.
Meskipun rekaman tersebut belum terverifikasi, seorang warga setempat mengaku telah menyaksikan beberapa rumah terbakar di daerah tersebut.
Selain serangan di Delmas, gengk kriminal juga menjarah fasilitas medis Universitas Negeri Haiti.
Serangan lain terlaporkan terjadi di pinggiran bukit Petion-Ville.
Aksi-aksi kriminal ini terjadi di tengah persiapan untuk pelantikan dewan transisi sembilan anggota.
Mereka nantinya akan mengambil alih kepemimpinan Perdana Menteri Ariel Henry.
Henry telah mengumumkan rencananya untuk mundur pada 11 Maret saat berada di luar negeri, setelah berada di bawah tekanan dari Amerika Serikat.
Situasi Memprihatinkan
Kondisi keamanan yang semakin memburuk di ibu kota telah mengakibatkan sebagian besar wilayah di bawah kendali geng.
Perkiraan sekitar 90% dari Port-au-Prince berada di bawah pengaruh mereka.
Sementara itu, badan perlindungan sipil Haiti telah memperingatkan tentang potensi banjir di bagian selatan negara tersebut, termasuk ibu kota, akibat hujan lebat.
Situasi semakin diperumit oleh jutaan orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena kekerasan yang melanda negara tersebut.
PBB memperkirakan lebih dari 360.000 orang menjadi pengungsi internal.
Sementara jutaan lainnya menderita kelaparan karena pelabuhan utama dan jalur pasokan masih terblokir.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"