KONTEKS.CO.ID – Ramadan di Gaza tetaplah perang tak berkesudahan. Sebab Perang paling mematikan di Gaza tidak menunjukkan tanda-tanda mereda ketika Bulan Suci Ramadan termulai Senin, 11 Maret 2024.
Bulan Ramadan tiba di tengah krisis kemanusiaan yang sangat melelahkan.. Krisis mendorong sebagian besar wilayah tersebut ke ambang kelaparan.
PBB dan kelompok-kelompok bantuan mengatakan hanya sebagian kecil dari pasokan yang 2,4 juta penduduk Gaza butuhkan mendapat izin masuk sejak Israel mengepung pascaserangan 7 Oktober.
Ketika dunia Muslim menyambut Ramadan dengan puasa seperti biasa di siang hari, banyak warga Gaza yang terbangun karena pemboman. Ini membuat mereka sekali lagi mencari korban selamat dan jenazah di antara puing-puing rumah yang hancur.
“Awal Ramadan sangat menyedihkan dan terselimuti kegelapan, dengan rasa dan bau darah di mana-mana,” kata seorang pengungsi Palestina, Awni al-Kayyal, 50 tahun, mengutip al-monitor, Senin 11 Maret 2024.
“Pendudukan (Israel) tidak ingin kami merasakan kegembiraan selama Ramadan. Kami tidak memiliki makanan apa pun untuk berbuka puasa,” katanya, mengacu pada makan malam berbuka puasa.
Ramadan di Jalur Gaza yang Hancur
Seorang Juru Bicara Pemerintah Siprus, mengatakan, sebuah kapal amal Spanyol yang membawa bantuan makanan akan berlayar dari pulau itu dalam beberapa jam ke pesisir Jalur Gaza, tempat PBB telah berulang kali memperingatkan akan terjadinya kelaparan.
Kelompok non-pemerintah Open Arms mengatakan, kapal mereka akan menarik tongkang berisi 200 ton makanan, yang nantinya akan dibongkar oleh mitranya, badan amal AS, World Central Kitchen, di pantai Gaza.
Sementara itu, pertempuran berkecamuk di seluruh Gaza, dengan militer Israel melaporkan bahwa pasukannya membunuh 15 militan. Mereka gugur dalam pertempuran jarak dekat, serangan penembak jitu, dan serangan udara”.
Ia menambahkan bahwa beberapa anggota Hamas ditangkap dalam penggerebekan di rumah-rumah di Gaza selatan. Sementara para saksi melaporkan bentrokan sengit di beberapa daerah sepanjang malam.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 67 orang tewas dalam 24 jam terakhir.
Kantor media Pemerintah Hamas mengatakan secara terpisah, bahwa lebih dari 40 serangan udara menargetkan rumah-rumah di Khan Yunis, Kota Gaza dan daerah lainnya.
Bantuan Lewat Udara Tak Efektif
Beberapa negara mengirimkan bantuan melalui udara ke Gaza utara pada hari Minggu. Namun koordinator bantuan PBB untuk wilayah tersebut mengatakan bahwa meningkatkan pasokan melalui darat akan jauh lebih efektif.
“Beberapa paket makanan hancur akibat benturan, sehingga warga terpaksa mencari-cari apa yang bisa mereka selamatkan,” menurut gambar AFPTV.
Pembicaraan selama berminggu-minggu yang melibatkan mediator AS, Qatar dan Mesir gagal menghasilkan kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera menjelang target awal Ramadan.
Kedua belah pihak saling menyalahkan karena gagal mencapai kesepakatan. Israel menuntut daftar lengkap sandera yang masih hidup dan Hamas meminta Israel menarik semua pasukannya dari Gaza.
“Bulan suci Islam tahun ini sangat menyakitkan,” kata Ahmed Kamis, 40, di kota Rafah di ujung selatan Gaza. Di sini sekitar 1,5 juta orang berusaha mencari perlindungan tetapi masih berisiko terkena pemboman Israel.
Namun meski banyak warga Palestina yang tidak tahu di mana bisa mendapatkan makanan berikutnya. Sebagian lainnya masih menemukan cara untuk merayakan awal bulan suci ini, dengan membuat dekorasi sederhana dan membagikan lentera tradisional di antara tenda mereka.
Di Washington, Presiden Joe Biden, yang menghadapi kritik yang meningkat atas dukungannya yang teguh terhadap Israel ketika jumlah korban sipil di Gaza melonjak. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"