KONTEKS.CO.ID – Sejumlah siswa di Korea Selatan (Korsel) menggugat pemerintah 20 juta won atau lebih dari Rp237 juta untuk setiap orang.
Pasalnya, pengawas ujian masuk universitas mengakhiri ujian 90 detik lebih awal.
Peristiwa ini terjadi saat ujian masuk perguruan tinggi atau yang biasa disebut Suneung di Seoul.
Saat itu, ujian bahasa korea tahap pertama. Bel ujian berbunyi 90 detik lebih cepat.
Pengawas mengambil kertas ujian siswa meskipun mereka melayangkan protes.
Setelah kericuhan itu, pihak fakultas mengakui kesalahan tersebut sebelum ujian berikutnya dimulai.
Mereka berusaha memperbaikinya dengan memberikan waktu satu setengah menit pada istirahat makan siang agar peserta ujian melanjutkan pengerjaan soal.
Sayangnya, siswa hanya diperbolehkan mengisi jawaban yang sebelumnya belum terisi.
Siswa tidak boleh mengubah jawaban yang sudah ada.
Insiden yang tidak biasa ini sangat traumatis bagi beberapa siswa.
Sebagian dari mereka sudah tidak dapat lagi berkonsentrasi selama Suneung.
Bahkan, beberapa di antaranya sudah menyerah sepenuhnya dan meninggalkan fasilitas ujian.
Atas kejadian itu, pada Selasa, 19 Desember 2023, sebanyak 39 siswa mengajukan gugatan ke pemerintah.
Jumlah kompensasi itu merupakan perkiraan biaya satu tahun untuk siswa mempersiapkan diri di Suneung berikutnya.
Pengacara siswa, Kim Woo-suk, mengatakan otoritas pendidikan tidak langsung meminta maaf.
Meski demikian, dia yakin akan sukses terutama mengingat preseden hukum.
Suneung Dianggap Mampu Pengaruhi Hidup Seseorang
Suneung yang merupakan ujian masuk perguruan tinggi di Korea Selatan, terkenal panjang dan sulit.
Mengutip dari Yonhap, implikasinya benar-benar bisa mengubah hidup seseorang.
Hasil Suneung tidak hanya menentukan penempatan mahasiswa di perguruan tinggi, namun juga pilihan karir dan jaringan mereka.
Jadi tidak mengherankan jika semua orang, mulai dari pelajar dan keluarga hingga pemerintah Korea Selatan sangat menganggap serius Suneung.
Selama ujian 8 jam, Korea Selatan akan menutup wilayah udaranya dan menunda pembukaan pasar saham.
Tujuannya agar siswa mampu berkonsentrasi mengerjakan soal.
Jadi ketika seorang guru baru-baru ini mengakhiri ujiannya 90 detik lebih awal, hal tersebut merupakan masalah besar dengan konsekuensi hukum yang serius.
Peristiwa serupa pernah terjadi pada Suneung 2021.
Pada bulan April, pengadilan memberikan 7 juta won kepada sekelompok pelajar Seoul yang mengklaim bel berbunyi 2 menit lebih awal.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"