KONTEKS.CO.ID – Israel melaksanakan praktik apartheid di wilayah pendudukan Tepi Barat, Yerusalem, Palestina. Tuduhan ini serius karena terlontar oleh mantan petinggi Mossad, badan intelijen Israel.
Mantan kepala intel Mossad, yang sekarang menjadi kritikus terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu, Tamir Pardo memperingatkan Israel akan menghadapi bahaya besar jika tidak memutuskan perbatasan dengan Palestina. Kehancuran makin menjadi ketika Israel laksanakan apartheid.
Dia mengatakan kepada Associated Press, Rabu lalu bahwa Israel sedang menerapkan sistem “apartheid” di Tepi Barat. Tamir Pardo bergabung dengan sejumlah kecil pensiunan pejabat yang mendukung gagasan yang sebagian besar masih berada di pinggiran wacana Israel dan diplomasi internasional.
Tamir Pardo menjadi mantan pejabat senior terbaru yang membandingkan perlakuan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat dengan apartheid. Yakni sistem politik yang merujuk pada sistem pemisahan ras di Afrika Selatan yang berakhir pada 1994.
Jika Israel laksanakan apartheid, dia khawatir, praktik itu justru merugikan Yahudi.
Kelompok hak asasi manusia terkemuka di Israel dan luar negeri, serta Palestina menuduh Israel dan kekuasaan militernya selama 56 tahun di Tepi Barat berubah menjadi sistem apartheid. Sebab Israel memberikan status kelas dua bagi Palestina dan terancang untuk mempertahankan hegemoni Yahudi dari Sungai Yordan hingga ke Palestina, Laut Mediterania.
Sejumlah mantan pemimpin, diplomat, dan pejabat keamanan Israel telah memperingatkan bahwa Israel berisiko menjadi negara apartheid. Namun pernyataan Pardo bahkan lebih blak-blakan.
“Ada negara apartheid di sini,” katanya dalam sebuah wawancara. “Di wilayah di mana dua orang diadili berdasarkan dua sistem hukum, itu adalah negara apartheid.”
Tamir Pardo menjadi mantan pejabat senior terbaru yang membandingkan perlakuan Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat dengan apartheid, merujuk pada sistem pemisahan ras di Afrika Selatan yang berakhir pada tahun 1994.
Israel Apartheid, Latar Belakang Tamir Pardo
Mengingat latar belakang Pardo, komentar tersebut mempunyai pengaruh khusus bagi Israel yang terobsesi dengan keamanan.
Pardo adalah kepala badan mata-mata rahasia Israel tahun 2011-2016. Dia tidak mau mengatakan apakah memiliki keyakinan yang sama saat memimpin Mossad.
Namun dia yakin salah satu masalah yang paling mendesak di negaranya adalah masalah Palestina. Selain program nuklir Iran, yang dipandang oleh Benjamin Netanyahu sebagai ancaman nyata.
Pardo mengatakan, sebagai pemimpin Mossad, dia berulang kali memperingatkan Netanyahu bahwa dia perlu memutuskan perbatasan Israel atau mengambil risiko kehancuran negara bagi orang-orang Yahudi. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"