KONTEKS.CO.ID – Kudeta Niger ada dalam berita ini. Demonstrasi besar terjadi di luar pangkalan militer Prancis di Ibu Kota Niamey, seiring meningkatnya tekanan mereka untuk meninggalkan negara tersebut.
Pemerintahan militer Niger, yang mengambil alih kekuasaan pada 26 Juli 2023, menuduh Presiden Prancis Emmanuel Macron menggunakan retorika memecah belah. Retorika itu berupa komentarnya mengenai kudeta dan berusaha melakukan hubungan neokolonial Prancis dengan bekas jajahannya.
Sylvain Itte, duta besar Prancis, tetap berada di Niger meskipun ada tenggat waktu 48 jam untuk meninggalkan negara itu lebih dari seminggu yang lalu, sebuah keputusan yang menurut Macron dia “tepuk tangan”.
Al Jazeera, Sabtu 2 September 2023 melaporkan, para demonstran mengungkapkan rasa frustrasi karena masih adanya kehadiran Perancis di negara tersebut.
Protes yang terjadi selama beberapa hari terakhir “relatif tenang dan terorganisir”. Namun sebelumnya para demonstran terlihat mendobrak penghalang yang dibuat oleh pasukan keamanan, polisi dan militer. Mereka mendekati pangkalan militer dengan beberapa mencoba untuk mendapatkan akses secara paksa.
Militer sejak itu memperkuat daerah di sekitar pangkalan Prancis. Pangkalan ini menampung sekitar 1.500 tentara Perancis.
Rezim militer Niger menuduh Paris melakukan “campur tangan terang-terangan” dengan mendukung Presiden terguling Mohamed Bazoum.
“Komentar Macron yang mendukung Bazoum merupakan campur tangan terang-terangan lebih lanjut dalam urusan dalam negeri Niger,” kata Jubir Militer Niger, Kolonel Amadou Abdramane, dalam sebuah pernyataan yang di TV nasional.
Sikap Kritis Macron Terhadap Kudeta Niger
Sebelumnya, Macron mengatakan, dia berbicara setiap hari dengan Bazoum setelah terguling dari kekuasaan dalam kudeta.
“Saya berbicara setiap hari dengan Presiden Bazoum. Kami mendukungnya. Kami tidak mengenali mereka yang melakukan kudeta tersebut. Keputusan yang akan kami ambil, apa pun bentuknya, akan didasarkan pada pertukaran dengan Bazoum,” kata Macron.
Negara bagian Sahel juga terlibat dalam perselisihan dengan blok Afrika Barat ECOWAS, yang mengancam akan melakukan intervensi militer jika tekanan diplomatik untuk mengembalikan Bazoum ke jabatannya gagal. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"