KONTEKS.CO.ID – Kota yang memiliki iklim sub-tropis, panas, lembab yang disertai hujan deras ini tidak akan pernah sama lagi. Kota yang ramai, penuh warna dengan penduduknya yang ramah dengan pemukiman berwarna cerah dan persawahan yang jarang, akan dikenang dengan memori yang berbeda. Kota Malang saat ini sekarang sedang berduka.
Malam setelah tragedi, para pendukung Arema yang berpakaian serba hitam berkumpul di luar balai kota untuk menyalakan lilin sambil berdoa selama beberapa jam. Pada Rabu malam 5 Oktober 2022, bundaran balai kota yang sibuk berhenti, angkutan umum menepi dan seluruh orang mengheningkan cipta.
“Malam itu benar-benar menakutkan dan penuh dengan kesedihan yang tak terduga. Seharusnya ini tidak terjadi di dunia sepakbola karena para suporter ingin menonton dengan tenang, tetapi sesuatu yang sama sekali tidak diprediksi telah terjadi,” kata Ali Rifki, manajer tim Arema, kepada The Athletic. “Saya datang karena saya ingin bersama Aremania, berbaur bersama dan merasakan kesedihan kita bersama. Saya sangat berterima kasih dan terharu.”
Di stadion, pada malam tragedi, para pemain Arema merawat orang meninggal dan sekarat di ruang ganti mereka sendiri dan area VIP saat bencana terjadi. Saat ini dibangun monumen di stadion, di mana aroma khas kelopak bunga tersebar di bawah patung patung singa klub dan juga di gerbang yang mengubah kegembiraan malam kala itu menjadi neraka.
Apa yang terjadi dimalam berdarah ini merupakan sebuah rangkaian kesalahan. Ada peran penggemar namun terbilang kecil. Karena jika ditilik, tampaknya eskalasi kekerasan tidak ada hubungannya dengan para suporter. Tragedi kemanusiaan ini adalah tentang bagaimana kesalahan kelola pihak keamanan. ***
Baca lagi:
Anak-anak yang Nonton Pertandingan Bola dan Tidak Pernah Pulang Lagi (1)
Pergi ke Kanjuruhan Kondisi Sehat, Pulang Tanpa Kehidupan (2)
Adegan Pembantaian Keluarga di Stadion Kanjuruhan (3)
Mereka Korban Kanjuruhan yang Tak Masuk Catatan Resmi (4)
Malam Damai di Kanjuruhan Jadi Malam Berdarah (5)
Teror Gas Air Mata di Kanjuruhan (6)
Bukan Gas Air Mata, tapi Pintu Tertutup yang akan Jadi Kambing Hitam (7)
Artikel ini dialih bahasa dari The Athletic dan diselaraskan oleh tim konteks.co.id.
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"