KONTEKS.CO.ID – Penyebab kecelakaan kereta India. Otoritas setempat menyebut kesalahan sistem pensinyalan menyebabkan kecelakaan tiga kereta api yang membunuh ratusan penumpang.
“Anjloknya kereta api di India timur yang menewaskan sedikitnya 288 orang dan melukai lebih dari 800 orang disebabkan oleh kesalahan dalam sistem pensinyalan elektronik yang membuat mereka salah jalur,” kata seorang pejabat kereta api, dilansir Al Jazeera, Minggu 4 Juni 2023.
Masih ada kebingungan tentang urutan pasti peristiwa yang menyebabkan bencana kereta api terburuk dalam beberapa dekade di distrik Balasore negara bagian Odisha pada hari Jumat 2 Juni 2023.
Jaya Verma Sinha, pejabat senior perkeretaapian, mengatakan, penyelidikan awal mengungkapkan bahwa sebuah sinyal diberikan kepada Coromandel Express berkecepatan tinggi untuk berjalan di jalur utama.
Namun kemudian berubah dan kereta tersebut malah memasuki jalur melingkar yang berdekatan di mana kereta menabrak kereta barang sarat dengan bijih besi.
“Tabrakan itu membalikkan gerbong Coromandel Express ke trek lain, menyebabkan Yesvantpur-Howrah Superfast Express yang masuk dari sisi berlawanan terbanting ke reruntuhan dan juga tergelincir,” katanya.
Penyelidikan Belum Tuntas
Kereta penumpang yang membawa 2.296 orang tidak melaju kencang, tambah Sinha. Kereta yang membawa barang sering diparkir di jalur lingkar yang berdekatan sehingga jalur utama aman untuk dilewati kereta penumpang.
Sinha mengatakan, akar penyebab kecelakaan itu terkait dengan kesalahan dalam sistem pensinyalan elektronik. Dia mengatakan, penyelidikan terperinci akan mengungkapkan apakah kesalahan itu manusia atau teknis.
Namun, Menteri Perkeretaapian Ashwini mengindikasikan kepada kantor berita ANI, bahwa kesalahan manusia mungkin terjadi.
“Kami telah mengidentifikasi penyebab kecelakaan dan orang yang bertanggung jawab untuk itu,” kata Vaishnaw, seraya menambahkan bahwa “tidak tepat” untuk memberikan rincian sebelum laporan penyelidikan akhir dirilis.
Sistem Persinyalan
Sistem interlocking elektronik adalah mekanisme keselamatan yang dirancang untuk mencegah pergerakan yang saling bertentangan antarkereta.
Ini juga memantau status sinyal yang memberi tahu masinis seberapa dekat mereka dengan kereta berikutnya, seberapa cepat mereka bisa pergi, dan keberadaan kereta stasioner di lintasan.
“Sistem ini 99,9 persen bebas dari kesalahan. Tapi 0,1 persen kemungkinan selalu ada kesalahan,” kata Sinha.
Ditanya oleh seorang reporter apakah kecelakaan itu bisa menjadi kasus sabotase, dia menjawab, “Tidak ada yang dikesampingkan.”
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"