KONTEKS.CO.ID – Mosab Hassan Yousef, putra salah satu dari empat pendiri gerakan Islam radikal Hamas, telah menjadi mata-mata Israel selama 10 tahun. Tepatnya, tahun 1997 hingga 2007.
Putra seorang pendiri Hamas, Mosab Hassan Yousef, adalah mata-mata kunci untuk intelijen Israel di dalam gerakan Islam, membantu menggagalkan puluhan serangan yang direncanakan.
Mosab Hassan Yousef, 45, putra Sheikh Hassan Yousef diberi nama sandi “Pangeran Hijau” oleh perekrutnya di badan intelijen dalam negeri Israel, Shin Bet, menurut harian Haaretz.
Tulisan tersebut didasarkan pada kutipan dari sebuah buku, “Son of Hamas”, yang ditulis bersama oleh Yousef, yang masuk Kristen 10 tahun lalu dan sekarang tinggal di California.
Pengungkapan ini merupakan pukulan telak bagi Hamas, dan sayap militer bayangannya. Mosab Hassan Yousef juga bertanggung jawab atas penangkapan Ibrahim Hamid, yang pernah menjadi Kepala Militer Hamas di Tepi Barat, dan Abdullah Barghuti, pembuat bom di balik serangan bunuh diri tahun 2001 yang terkenal di sebuah restoran Sbarro di Yerusalem.
Putra pendiri Hamas itu juga berperan dalam penangkapan Marwan Barghuti, seorang pemimpin senior Fatah yang dianggap sebagai arsitek intifada tahun 2000.
Yousef dilaporkan bekerja untuk Shin Bet pada puncak pemberontakan, ketika Hamas melakukan puluhan pemboman bunuh diri yang mematikan di Israel. Negara Zionis itu juga mengobarkan perang habis-habisan terhadap kelompok tersebut, membunuh banyak pemimpin puncaknya.
Situs Haaretz mengutip perekrut Yousef, yang diidentifikasi sebagai Kapten Loai, mengatakan, informan tersebut dimotivasi oleh keinginan untuk mencegah serangan.
“Hal yang menakjubkan adalah bahwa tidak ada tindakannya yang dilakukan untuk uang. Dia melakukan hal-hal yang dia yakini. Dia ingin menyelamatkan nyawa,” kata si perekrut.
Sheikh Hassan Yousef, seorang pemimpin senior Hamas di Tepi Barat yang ditangkap pada September 2005 dan masih ditahan di penjara Israel, menyangkal putranya memiliki akses ke rahasia Hamas.
“Mosab tidak pernah menjadi anggota aktif Hamas dalam kapasitas apa pun, baik di sayap politik maupun bersenjata,” katanya dalam pernyataan Hamas yang dikeluarkan atas namanya.
“Sejak tahun 1996, ketika dia berusia 17 tahun, dia menghadapi pemerasan dan tekanan dari intelijen Israel dan ketika dia mengungkapkan situasinya pada saat itu anak-anak gerakan diperingatkan tentang dia,” kata pernyataan tersebut.
Hamas juga mengatakan, Yousef yang lebih tua bekerja sepenuhnya di sayap politik publik dari gerakan tersebut. Dia terpilih menjadi anggota parlemen pada tahun 2006.
Analis Israel mengatakan pengungkapan itu merupakan pukulan telak bagi Hamas. “Bagi Hamas, ini adalah salah satu hal terburuk yang mungkin terjadi pada mereka, putra seorang pendiri Hamas mengkhianati mereka,” kata Mordechai Kedar, seorang veteran intelijen militer Israel dan pakar urusan Arab di Universitas Bar Ilan.
Namun, katanya buku itu juga bisa menimbulkan masalah bagi Shin Bet, yang memiliki sejarah panjang dalam menggunakan informan Palestina.
“Semua yang dipublikasikan tentang agen atau cara mereka beroperasi tidak membantu,” kata Kedar.
Kisah Pembelotan
Mosab Hassan Yousef adalah anak sulung dari delapan saudara, yakni lima saudara laki-laki dan tiga perempuan.
Yousef, seperti anak-anak Palestina lainnya, tumbuh bercita-cita sebagai petempur melawan agresi Israel -penjajah dan penindas Palestina.
Dia pertama kali ditangkap keamanan Israel pada usia 10 tahun, tepatnya saat gerakan Intifada Pertama. Yousef cilik ditangkap lantaran melempar batu ke pemukim Israel.
Kemudian dia ditangkap dan penjarakan berulang kali oleh Zionis Israel dan ini adalah kebanggaan bagi dirinya.
Tak heran perlawanan kerasnya membuat Yousef dinilai sebagai pihak yang ideal menerima garis kepemimpinan Hamas.
Namun keyakinannya runtuh saat mendekam di Penjara Megiddo pada 1990-an. Di sini, dia melihat narapidana Hamas membangun kampanye menyingkirkan mereka yang dinilai pro Israel.
“Dalam periode itu, meteka menyiksa dan membunuh ratusan tahanan,” klaimnya kepada New York Post.
Dia menyebut jarum yang ditusukkan di bawah kuku jari dan badan hangus dengan plastik terbakar. Fatalnya, klaim dia lagi, banyak dari mereka tidak ada hubungannya dengan intelijen Israel.
“Saya tidak akan lupa teriakan mereka, lalu mulai bertanya dalam diri, bagaimana kalau Hamas bisa menghancurkan Israel dan membangun negara. Apakah akan menghancurkan rakyat Palestina dengan cara ini?” katanya.
Tahun 1996, dia ditahan oleh agen Shin Bet. Nah di penjara, dia kaget melihat metode interogasi Shin Bet, yang dinilai manusiawi daripada Hamas.
Hal ini bertolak belakang dengan cerita tahanan Palestina lainnya. Berdasarkan cerita mereka, agen Israel menyiksa untuk bisa mengorek keterangan yang diperlukan.
Hingga akhirnya Yousef menerima tawaran Shin Bet menjadi mata-mata dengan menyuplai informasi. Pekerjaannya sebagai pengkhianat dengan menjadi agen Shin Bet dimulai dengan saat dibebaskan dari penjara pada 1997. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"