KONTEKS.CO.ID - Presiden Prabowo Subianto mempertimbangkan akan membatasi permainan daring atau game online menyusul insiden ledakan yang terjadi di SMA Negeri 72, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Jumat, 7 November 2025 pekan lalu.
"Beliau tadi menyampaikan bahwa, kita juga masih harus berpikir untuk membatasi dan mencoba bagaimana mencari jalan keluar terhadap pengaruh pengaruh dari game online," ungkap Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi saat ditemui di kawasan Kertanegara, Jakarta Selatan, Minggu, 9 November 2025.
Presiden lanjut Prasetyo, tengah memikirkan langkah-langkah untuk membatasi serta mencari solusi terhadap pengaruh negatif dari sejumlah permainan daring yang dinilai berpotensi berdampak buruk terhadap generasi muda.
Baca Juga: Penjelasan Komdigi soal Rencana Pembatasan Game Online PUBG, Bakal Diblokir atau Cuma Diatur?
"Karena, tidak menutup kemungkinan game online ini ada beberapa yang di situ, ada hal-hal yang kurang baik, yang mungkin itu bisa memengaruhi generasi kita ke depan," ucap dia.
Meskipun bermain game bisa menjadi pengalih perhatian atau hobi yang menyenangkan (dan bahkan menjadi olahraga kompetitif di banyak kampus), ternyata ada risiko kesehatan yang muncul akibat terlalu banyak bermain game. Apa saja bahayanya, dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya?
Mengutip laman Harvard Health Publishing, Rabu, 12 November 2025, terlalu sering main game online memiliki dampak medis, khususnya bagi remaja atau anak usia dini seperti gangguan penglihatan akibat radiasi sinar biru, cenderung mudah marah atau emosi, dan kurang fokus dalam mendengarkan pembicaraan orang lain.
Para penggila game online juga rentan mengalami cedera yang disebabkan oleh aktivitas yang melibatkan penggunaan otot dan tendon berulang kali, hingga menimbulkan rasa sakit dan peradangan.
"Jika cedera ini dibiarkan berlanjut, mati rasa dan kelemahan dapat berkembang, dan dapat mengakibatkan cedera permanen. Cedera akibat penggunaan berlebihan pada tangan dan lengan merajalela di kalangan gamer," tulis Harvard dalam jurnalnya.
Salah satu contoh umum adalah sindrom 'terowongan karpal', yang dialami banyak gamer. Sindrom terowongan karpal, yang sering terjadi pada pekerja kantoran, melibatkan peradangan saraf di pergelangan tangan, yang menyebabkan rasa sakit dan mati rasa.
Baca Juga: Prabowo Instrusikan Pembatasan Game Online Usai Ledakan di SMAN 72, Player PUBG Siap-siap
"Jempol gamer, yang sebelumnya disebut 'jempol PlayStation' terjadi ketika tendon yang menggerakkan ibu jari mengalami peradangan. Istilah medis untuk ini adalah tenosinovitis de Quervain, dan dapat menyebabkan pembengkakan dan keterbatasan gerakan," tambahnya.
Gamer juga berisiko mengalami jari picu, atau tenosinovitis stenosis, yaitu kondisi ketika jari tersangkut dalam posisi tertekuk akibat peradangan kronis.