KONTEKS.CO.ID – Meta Platforms sedang menggenjot pengembangan kecerdasan buatan (AI) dengan merekrut kontraktor berbasis di Amerika Serikat yang digaji hingga USD55 atau sekitar Rp900 ribu per jam.
Mereka ditugaskan menciptakan chatbot AI yang lebih sensitif secara budaya untuk pasar negara berkembang, termasuk India dan Indonesia.
Langkah ini dipandang sebagai strategi agresif Meta untuk mempertahankan dominasi di tengah persaingan ketat dengan OpenAI dan Google, terutama dalam teknologi percakapan AI.
Baca Juga: Komdigi Panggil TikTok dan Meta Soal Demo DPR yang Ricuh, Ini Alasannya
Dua pasar besar Meta, yaitu WhatsApp dan Instagram, menjadi arena utama uji coba chatbot lokal.
Kontraktor yang direkrut bertanggung jawab merancang persona AI yang beragam, mulai dari penasihat hingga teman hiburan.
Pekerjaan mereka meliputi penyusunan dialog, penentuan karakter, hingga memastikan chatbot mampu beradaptasi dengan bahasa gaul dan adat istiadat setempat.
Baca Juga: Bisa Bicara Banyak Bahasa! Meta Uji Coba Fitur AI Penerjemah Reels dengan Lip Sync Realistis
Menurut laporan Business Insider, bayaran tinggi itu mencerminkan besarnya investasi Meta dalam pengawasan manusia untuk menjaga kualitas AI.
Tujuannya, membuat chatbot lebih proaktif, interaktif, dan terasa otentik di mata pengguna lokal.
WhatsApp disebut menjadi medan persaingan paling sengit.
Meta AI kini berupaya menghadang laju ChatGPT dan Perplexity yang juga berebut pangsa pasar percakapan digital.
Baca Juga: Meta Kenalkan fitur Baru WhatsApp, Bisa Apa saja?
Dengan strategi ini, Meta berusaha menggabungkan kreativitas manusia dan kecanggihan mesin untuk menciptakan chatbot yang tidak hanya pintar, tetapi juga relevan dengan budaya pengguna.