digital

Garena Resmikan Emote Pacu Jalur Free Fire: Tradisi Indonesia Menuju Panggung Dunia

Senin, 28 Juli 2025 | 21:58 WIB
Garena hadirkan Pacu Jalur yang merupakan kekayaan budaya masyarakat Riau ke dalam gim Free Fire. (Garena)

KONTEKS.CO.ID - Garena Free Fire mengumumkan kehadiran ‘Emote Pacu Jalur’ yang sedang mendunia. Emote ini akan hadir di dalam game mulai 30 Juli 2025. 

Emote Pacu Jalur ini dapat diklaim gratis oleh seluruh pemain secara global dengan menyelesaikan misi dalam game. Kolaborasi ini membuat Free Fire menjadi game pertama yang menghadirkan emote ini secara resmi di dalam game.

Kehadiran emote ini merupakan hasil kolaborasi budaya antara Free Fire dan Rayyan Arkan Dikha, anak asal Kuantan Singingi yang viral karena gerakannya di festival lomba Pacu Jalur. 

Baca Juga: Koperasi Desa Merah Putih Bakal Ciptakan 1,4 Juta Lapangan Kerja, Pemuda Desa Jadi Prioritas

Kolaborasi ini juga didukung penuh oleh pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi, Riau dan panitia resmi Festival Pacu Jalur 2025.

Sebagai bentuk penghormatan dan pengesahan kerja sama ini, Dikha bersama perwakilan keluarga dan perwakilan komunitas Pacu Jalur melakukan kunjungan khusus ke kantor Garena Indonesia di Jakarta pada Kamis, 24 Juli 2025. 

Momen ini menjadi simbol ikatan resmi antara budaya lokal dan dunia game, sekaligus menandai komitmen Free Fire dalam mengangkat tradisi Indonesia ke panggung global. “Enggak kebayang bisa main ke kantor Garena, jadi senang. Perasaan senang bisa kolaborasi sama Free Fire,” ungkap Dikha penuh semangat, dalam keterangan resmi Garena, Senin 28 Juli 2025.

Baca Juga: Vonis Zarof Ricar Diperberat jadi 18 Tahun Penjara Gara-Gara Harta Haram Rp915 M dan 51 Kg Emas

Tren Pacu Jalur kini telah mendunia. Gerakan khas Dikha di ujung perahu yang ia lakukan saat memimpin jalur telah menginspirasi banyak selebrasi internasional—dari MotoGP, hingga selebrasi gol pemain sepak bola dunia. 

Namun, di tengah maraknya tren tersebut, hanya Free Fire yang melibatkan Dikha secara langsung dan menghadirkan emote ini melalui kolaborasi resmi dan penghargaan budaya yang otentik. Termasuk dengan memberikan dukungan resmi untuk Festival Pacu Jalur 2025.

Keluarga Dikha menyambut hangat kerja sama ini sebagai bentuk pengakuan yang luar biasa terhadap tradisi mereka. Mereka menyebut kisah ini sebagai sebuah “Petualangan yang tidak disangka-sangka”, di mana seorang anak desa bisa mendunia, memperkenalkan budaya Pacu Jalur ke jutaan pemain game global, dan membanggakan seluruh masyarakat Kuantan Singingi.

Baca Juga: Gibran Optimistis Timnas Bungkam Vietnam di Final AFF 2025, Skor: 3-0

“Kami sebagai warga Kuantan Singingi, Riau sangat bangga dengan peran Dikha bisa memperkenalkan tradisi kami ke dunia. Apalagi sekarang Dikha bisa bekerja sama dengan Garena Free Fire sebagai platform baru memperkenalkan tradisi pacu jalur ke seluruh dunia,” ungkap Dzikri Maulana Muhammad, kakak dan perwakilan keluarga Dikha.

Sejarah Pacu Jalur

Pacu Jalur adalah pesta rakyat kebanggaan masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, dengan akar sejarah yang panjang sejak abad ke-17. 

Awalnya, jalur berfungsi sebagai alat transportasi utama masyarakat desa di sepanjang Sungai Kuantan. Seiring waktu, jalur dihias dengan ukiran kepala harimau, ular, dan buaya, dan menjadi simbol status sosial. 

Lomba adu kecepatan antar-jalur pertama kali digelar lebih dari 100 tahun lalu. Kini menjadi bagian dari agenda resmi perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia setiap Agustus.

Baca Juga: Rekening Diblokir PPATK karena Tak Aktif? Jangan Khawatir, Ini Langkah-Langkah Mudah Membuka Blokirnya

Selama festival berlangsung, kota kecil di Teluk Kuantan ini berubah menjadi lautan manusia, penuh dengan kemeriahan kostum, dentuman meriam, dan semangat masyarakat yang tumpah ruah. 

Lebih dari 100 jalur berpartisipasi dalam perlombaan yang kini juga menjadi destinasi pariwisata utama di Riau.

Dengan peluncuran emote ini, Free Fire menjadi game pertama di dunia yang memperkenalkan Pacu Jalur secara resmi dengan menghadirkannya ke dalam game. Bukan hanya mengikuti tren, tapi hadir dengan hubungan yang otentik, penghormatan budaya, dan keterlibatan langsung dengan komunitas setempat. ***

Tags

Terkini