KONTEKS.CO.ID – Virgin Orbit bangkrut. Perusahaan hari Kamis menghentikan operasi dan memberhentikan hampir semua stafnya.
Sahamnya diperdagangkan sekitar 20 sen pada hari Jumat, meninggalkannya dengan nilai pasar sekitar USD74 juta. Kini Virgin Orbit bangkrut.
Ketika Virgin Orbit menutup kesepakatan SPAC-nya, mereka mengumpulkan kurang dari setengah dari hampir Rp7,5 triliun yang diharapkan. Sebab penebusan pemegang saham yang tinggi.
Dengan pasar yang lebih luas berbalik melawan aset yang lebih berisiko namun tidak menguntungkan seperti banyak saham luar angkasa baru, saham Virgin Orbit mulai merosot secara stabil, semakin membatasi kemampuannya untuk meningkatkan investasi luar yang substansial.
Richard Branson, pemangku kepentingan terbesar Virgin Orbit, tidak mau mendanai perusahaan lebih lanjut, seperti dilaporkan CNBC. Sebaliknya, dia mulai melakukan lindung nilai terhadap 75% saham ekuitasnya melalui serangkaian putaran utang.
Utang itu memberi miliarder Inggris itu prioritas pertama aset Virgin Orbit jika terjadi kebangkrutan pada perusahaan.
Sementara Virgin Orbit menggembar-gemborkan pendekatan yang fleksibel dan alternatif untuk meluncurkan satelit kecil, perusahaan tidak dapat mencapai tingkat peluncuran yang diperlukan untuk menghasilkan pendapatan yang sangat dibutuhkan.
Ini adalah kisah yang terlalu sering diceritakan dalam sejarah industri luar angkasa: Teknologi yang menarik, atau bahkan inovatif, tidak selalu sama dengan bisnis yang hebat.
Itu menjadi salah satu dari sedikit perusahaan roket AS yang berhasil mencapai orbit dengan kendaraan peluncuran yang dikembangkan secara pribadi.
Virgin telah meluncurkan enam misi sejak 2020 —dengan empat keberhasilan dan dua kegagalan— melalui proses yang ambisius dan secara teknis sulit yang dikenal sebagai “peluncuran udara”, dengan menggunakan jet 747 yang dimodifikasi untuk menjatuhkan roket di tengah penerbangan dan mengirim satelit kecil ke luar angkasa.
Namun Virgin Orbit telah menggali lubang pengeluaran belasan triliun rupiah hanya untuk menerbangkan misi dua kali setahun, sementara biaya penggajiannya naik.
Pimpinan perusahaan menyadari situasi yang memburuk dan kurangnya kemajuan, dan bahkan mempertimbangkan perubahan musim panas lalu untuk membuat bisnis lebih ramping. Tetapi tidak ada rencana yang jelas atau dramatis yang membuahkan hasil. Ini yang menyebabkan kejatuhan pada hari Kamis.
Sementara, seorang juru bicara Virgin Orbit menolak memberikan komentar atas cerita ini. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"