• Senin, 22 Desember 2025

Ganas! Teknologi Mata-Mata AI China: Tak Ada Tempat untuk Musuh Sembunyi

Photo Author
- Kamis, 8 Februari 2024 | 23:36 WIB
Pesawat perang elektronik J-16D China bisa membawa perangkat mata-mata AI Beijing. Foto: Wikimedia Commons
Pesawat perang elektronik J-16D China bisa membawa perangkat mata-mata AI Beijing. Foto: Wikimedia Commons

KONTEKS.CO.ID - Teknologi mata-mata AI China bikin gentar Amerika Serikat dan sekutu Barat-nya. Beijing kini punya perangkat spy yang teraktifkan oleh kecerdasan buatan.

Kecanggihan teknologi mata-mata AI China terungkap setelah Ilmuwan China mengklaim telah mengembangkan teknologi mata-mata berkemampuan kecerdasan buatan (AI). Kecerdasannya membuatnya pasukan musuh di medan perang “tidak ada tempat untuk bersembunyi”.

Terancang untuk Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), perangkat peperangan elektronik ini terlaporkan menyediakan pemantauan aset musuh terkait frekuensi, lebar pita, dan real-time.

Sistem ini dapat mendeteksi sinyal musuh dengan kecepatan tak tertandingi. Juga mampu memecahkan kode karakteristik fisik musuh, dan secara efektif menetralisirnya sambil memastikan komunikasi tidak terputus bagi pasukan sahabat.

Ilmuwan utama proyek, Yang Kai, mengatakan, teknologi tersebut dapat menangkap dan menganalisis sinyal yang dipancarkan oleh angkatan bersenjata AS. Bahkan jika mereka dengan cepat beralih ke frekuensi sipil.

"Dan jika sinyal-sinyal ini tercegat dan terganggu, perangkat tersebut dapat memengaruhi koordinasi unit militer AS di medan perang," kata Yang, melansir The Defense Post, Kamis 8 Februari 2024.

Teknologi Mata-Mata AI China: Pergeseran Seni Perang


Tim yang mengerjakan perangkat baru ini mengaku awalnya mengira mustahil menciptakan teknologi mata-mata dengan kemampuan seperti itu. Sebab banyaknya data yang perlu perangkat proses.

Mereka menyatakan bahwa sistem pemantauan tradisional biasanya terbatasi oleh perangkat kerasnya. Selain itu hanya dapat menganalisis pada bandwidth 40-160 megahertz.

Namun, teknologi baru ini bisa memperluas jangkauan ini untuk memungkinkan deteksi dan pemantauan frekuensi dalam kisaran gigahertz dengan lancar, termasuk satelit Starlink milik Elon Musk.

Selain itu, tim menggunakan AI untuk meningkatkan kinerja perangkat. Khususnya dalam tugas-tugas yang melibatkan pembedaan antara sinyal sipil dan militer, serta menyortir kumpulan data besar.

Dengan ukuran yang relatif kecil, kinerja tinggi, dan konsumsi daya yang rendah, para peneliti China yakin teknologi ini dapat menyebabkan “perubahan besar” dalam cara pertempuran elektronik. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Terkini

X