KONTEKS.CO.ID - Rektor Universitas Negeri Sultan Agung (Unissula) Semarang, Gunarto mengaku mendapat permintaan agar tak mengikuti jejak kampus lain mengeritik Pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Tak hanya itu, Rektor Unissula Semarang Gunarto juga diminta tak membuat pernyataan sikap soal kemunduran demokrasi selama pemerintahan Presiden Jokowi.
Rektor Unissula Semarang Gunarto mengaku, didatangi seorang mantan rektor sebuah perguruan tinggi di Jawa Tengah.
Kedatangan rektor tersebut untuk memintanya tidak ikut membuat seruan atau petisi seperti sivitas akademika kampus lainnya.
Menurut Gunarto, "tim operasi perguruan tinggi" meminta membendung kritik terhadap Jokowi menjelang hari pencoblosan 14 Februari.
Gunarto pun mengaku menolak permintaan itu.
"Hari ini saya didatangi oleh tim operasi perguruan tinggi, diminta untuk tidak membuat petisi (kritik) nepotisme Pak Lurah di Pilpres 2024. Tapi, saya tidak mau," ungkap Gunarto kepada wartawan, mengutip Kamis 8 Februari 2024.
Gunarto tak mengungkap identitas rektor tersebut. Sebab, rektor tersebut merupakan kawan lamanya.
"Bukan (aparat), tapi bagian tim," ucapnya.
Sekedar informasi, Unissula akan menggelar seruan dan pernyataan sikap terkait kondisi demokrasi saat ini.
Rencananya, kegiatan tersebut akan tergelar hari ini, Kamis 8 Februari 2024.
"Unissula akan menyampaikan petisi bau busuk nepotisme di Pemilu 2024," ujar Gunarto.
Rektor Unika Soegijapranata Diminta Buat Video Testimoni
Sebelumnya, Rektor Unika Soegijapranata, Ferdinandus Hindiarto, bercerita bahwa dalam lima hari terakhir ada seseorang yang mengaku dari Polrestabes Semarang.
Ia terus memintanya membuat testimoni video kinerja positif dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Sejak Jumat (2 Februari 2024) sampai (Selasa) siang tadi jam 11, ia masih meminta saya. Dari video sampai tawaran terakhir membuat pernyataan. Menyatakan (yang meminta) dari Polrestabes Semarang dan nantinya akan ia laporkan ke Kapolda (Kapolda Jateng),” kata Ferdinandus Hindiarto di Gedung Mikael Kampus SCU, Bendan, Kota Semarang, Jateng, Selasa 6 Februari 2024.
Ia menjelaskan, pihak yang mengaku anggota dari Polrestabes Semarang tersebut mengontaknya melalui pesan instan WhatsApp dan telepon.
Bahkan Ferdinandus mengaku mendapatkan kiriman contoh pernyataan salah satu rektor di Semarang yang terkait kinerja positif Presiden Jokowi. Selain itu, ia juga mendapatkan kiriman sejumlah contoh video dari beberapa rektor terkait hal yang sama.
Awalnya ia tidak meresponsnya lantaran sedang dalam perjalanan ke Surabaya dalam rangka menghadiri pertemuan dengan Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) Indonesia.
Pertemuan itu untuk menyatakan sikap mengkritisi presiden.
APTIK mengkritisi sejumlah kondisi kekinian bangsa. Antara lain, prinsip-prinsip konstitusi dan netralitas.
“Terawali dari putusan MK ada pelanggaran (etik) di situ, kemudian Presiden (menyatakan) boleh kok memihak, boleh kok kampanye. Meskipun menunjukkan aturan-aturan, tapi etika itu di atas hukum,” paparnya.
“Kami nonpartisan, ada sesuatu yang perlu terluruskan, ini kecintaan kami terhadap negeri ini,” tukasnya.
Rektor Unika Soegijapranata juga menguturkan, sebelum konferensi pers berlangsung, Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar, sempat mengontaknya.
“Jam dua kurang (sebelum konferensi pers) Pak Kapolrestabes telepon saya. Saya akan terima, mari clear-kan di sini. Tapi ini beliau belum datang, mungkin masih perjalanan,” katanya.***