daerah

Tragedi Pino Raya, Lima Petani Ditembak Keamanan Perusahaan Sawit: Satu Kritis, Konflik Agraria Memanas

Senin, 24 November 2025 | 19:39 WIB
Kronologi penembakan petani di Pino Raya. (X @walhinasional)

KONTEKS.CO.ID - Bengkulu Selatan kembali bergejolak, Senin 24 November 2025.

Lima petani di Desa Kembang Seri, Kecamatan Pino Raya, menjadi korban penembakan oleh pihak keamanan perusahaan perkebunan sawit.

Direktur Eksekutif Walhi Bengkulu, Dodi Faisal, menyebut satu korban kritis setelah tertembak di dada kanan.

“Aksi ini terjadi saat perusahaan hendak mendoser sejumlah lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Konflik agraria di sini sebenarnya sudah lama, tapi hari ini memuncak,” jelas Dodi melalui telepon.

Baca Juga: Curhat An Se Young: Raup hadiah Rp11 Miliar, Traktir Semua Teman Pelatnas tapi Ngaku Susah Gaul!

Kelima korban adalah Linsurman, Susanto, Edi Hermanto, Suhardin, dan Buyung. Menurut Dodi, warga mengenali pelaku sebagai keamanan perusahaan, dan pistol yang digunakan sudah diamankan.

Pukul demi Pukul, Konflik Memanas

Kronologi berdasarkan laporan lapangan:

  • Pukul 10.00 WIB: Petani sudah tiga kali melihat PT Agro Bengkulu Selatan (ABS) menggunakan bulldozer untuk meratakan tanaman milik mereka.
  • Pukul 10.45 WIB: Keributan pecah ketika perusahaan tetap melanjutkan pengerjaan lahan.
  • Pukul 12.00 WIB: Massa petani mengepung perusahaan.
  • Pukul 12.45 WIB: Seorang keamanan PT ABS bernama Ricky menembak Buyung di dada.
  • Pukul 13.00 WIB: Ricky menembakkan senjata ke arah massa, melukai empat petani lainnya: Linsurman (lutut), Edi Hermanto (paha), Santo (rusuk), dan Suhardin (betis).
  • Warga segera mengejar pelaku, sambil membawa korban ke rumah sakit dan mengamankan senjata api.

Baca Juga: Bakal Jadi Penerus The Minions? Raymond Joaquin Melejit di Debut Super 500 & Juara Australia Open 2025

Peristiwa ini memicu keprihatinan publik dan berbagai pihak menyoroti pentingnya penyelesaian konflik agraria secara damai.

Direktur Walhi menekankan pentingnya dialog antara petani dan perusahaan agar kejadian serupa tidak terulang.

“Ini bukan sekadar persoalan tanah, tapi juga keselamatan dan hak hidup masyarakat,” ujar Dodi.***

Tags

Terkini