KONTEKS.CO.ID - Kepanikan melanda warga Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Jumat, 24 Oktober 2025, ketika angin berputar kencang tiba-tiba muncul di langit dan menyapu permukiman.
Dalam hitungan menit, atap rumah dan berbagai benda beterbangan, menjadikan suasana berubah mencekam.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa peristiwa itu bukan sekadar angin kencang biasa, melainkan angin puting beliung yang terbentuk akibat aktivitas awan cumulonimbus.
Baca Juga: Hujan Lebat Guyur Wilayah Jabodetabek, Bojonggede Waspada Badai Petir
“Angin tersebut kemudian berubah menjadi hembusan sangat kencang yang menerbangkan benda-benda ringan dan merusak puluhan rumah di beberapa kampung. Video amatir menunjukkan atap rumah berterbangan dan warga panik saat angin datang secara tiba-tiba,” ucap Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, Sabtu, 25 Oktober 2025.
Fenomena "Leysus" Mirip Tornado Skala Kecil
Menurut Guswanto, angin puting beliung yang secara meteorologi dikenal dengan istilah "leysus", termasuk jenis tornado berskala kecil yang muncul dari pembentukan awan cumulonimbus.
“Jadi, fenomena ini adalah angin puting beliung, bukan jenis angin lain seperti angin kencang biasa atau angin topan,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa proses terbentuknya puting beliung sangat dipengaruhi oleh kondisi atmosfer yang labil, yaitu ketika suhu permukaan tanah panas dan kelembapan udara tinggi.
Baca Juga: Puting Beliung Terjang Belasan Desa di Deli Serdang, 2 Warga Meninggal Dunia
Dipicu Cuaca Panas, Kelembapan Tinggi, dan Pertemuan Massa Udara
BMKG mencatat bahwa kondisi di Bojonggede saat kejadian memang memenuhi kriteria klasik pembentuk puting beliung, yakni pertemuan dua massa udara berbeda di permukaan dan pemanasan darat yang signifikan pada siang hari.
“Awan cumulonimbus aktif yang berkembang vertikal dengan kuat. Bojonggede saat itu dilaporkan mengalami langit gelap dan awan tebal, yang mendukung terbentuknya kondisi terjadinya angin puting beliung,” bebernya.
BMKG juga mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap tanda-tanda awal kemunculan awan cumulonimbus, seperti langit gelap pekat, hembusan angin berubah arah mendadak, dan suhu udara terasa lebih dingin secara tiba-tiba.***