KONTEKS.CO.ID – Perang Banjar atau yang terkenal juga dengan nama Perang Banjar-Barito terjadi di Pulau Kalimantan. Peristiwa sejarah ini merupakan bentuk perlawanan rakyat Kalimantan, khususnya Kesultanan Banjar memerangi penjajah Belanda.
Perang Banjar terjadi pada tahun 1859 hingga 1905 di wilayah Kesultanan Banjar, Kalimantan Selatan. Perlawanan ini melibatkan keturunan Kesultanan Banjar beserta rakyat dari berbagai daerah batang banyu di sepanjang aliran Sungai Barito.
Perang ini amat dahsyat, hal ini terlihat dari jumlah korban tewas baik di pihak Belanda maupun rakyat Banjar Barito. Tokoh paling terkenal saat perang berlangsung yaitu Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah II.
Penyebab Perang Banjar
Alasan perlawanan Pangeran Antasari yang utama yakni adanya campur tangan Belanda dalam masalah internal kerajaan Banjar.
Salah satunya adalah campur tangan dalam pengangkatan sultan dan intervensi dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan Kerajaan Banjar.
Pangeran Antasari yang tidak menyukai campur tangan Belanda ini akhirnya melakukan perlawanan terhadap Belanda pada tanggal 28 April 1859.
Selain itu, berikut ini rangkuman penyebab terjadinya Perang Banjar:
- Munculnya konflik perebutan tahta Kesultanan Banjar akibat intervensi dari pihak Belanda
- Rakyat menjadi sasaran eksploitasi Belanda dan Kesultanan Banjar
- Sikap sewenang-wenang dari Tamjidillah yang mendapat dukungan Belanda sebagai Sultan Banjar
Dampak Perang Banjar
Pada perang Banjar terjadi penyatuan gerakan rakyat di bawah pimpinan Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah II.
Meski sudah melakukan perlawanan dengan gigih, namun pada akhirnya Belanda bisa mengatasi keadaan dan memenangkan perang.
Akibat kemenangan itu, Belanda menghapus Kesultanan Banjar demi menghindari konflik lebih lanjut dan meletusnya kembali perlawanan rakyat Kalimantan Selatan.
Belanda juga menghapus keturunan pemerintahan dan menerapkan aturan baru di bawah Residentie Zuider en Ooster Afdeelingvan Borneo (Keresidenan Bagian Selatan dan Timur Pulau Borneo).
Mereka juga memonopoli berbagai sumber daya di Kalimantan hingga mengakibatkan rakyat menderita. Eksploitasi besar-besaran dengan mengambil sumber daya alam secara paksa berupa rempah-rempah, perkebunan, dan tambang batu bara. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"