KONTEKS.CO.ID – Gunung Anak Krakatau yang menyebabkan tsunami dahsyat pada 2018 sekali lagi mulai bergemuruh.
Anak Krakatau, sebuah pulau vulkanik di Indonesia, mengalami letusan dahsyat pada tahun 1883 yang menghancurkan Pulau Krakatau dan menciptakan kaldera—depresi besar yang terbentuk ketika gunung berapi meletus dan runtuh—yang dapat terlihat saat ini. Letusan ini merupakan salah satu letusan paling merusak yang pernah tercatat di Dunia.
Letusan gunung berapi pada 22 Desember 2018 menimbulkan tsunami yang meluluhlantahkan wilayah sekitar Banten dan Lampung. Lebih dari 400 orang diperkirakan tewas, dan ribuan lainnya terluka.
Letusan dan tsunami bisa sangat sulit terprediksi, namun laporan sebelumnya mencatat bahwa sistem peringatan dini di Indonesia tidak beroperasi pada saat bencana terjadi pada 2018. Itu karena kurangnya dana dan kesalahan teknis.
Kini, gunung berapi tersebut kembali bergejolak. Gunung ini mulai meletus pada tanggal 26 November dan sejak itu mulai memuntahkan lava.
Pada tanggal 27 November, terjadi semburan abu besar yang menjulang lebih dari 7.000 kaki di atas permukaan laut.
“Lava mulai keluar, kolom letusan mencapai ketinggian antara 1.000-2.000 meter (3.280-6.560 kaki),” kata Mirzam Abdurrachman, ahli vulkanologi dari Institut Teknologi Bandung, melansir Newsweek, Rabu 5 Desember 2023.
Kabar baiknya adalah jenis aktivitas ini cukup alami di gunung berapi ini. Gunung tersebut sangat aktif dan sering meletus, meskipun sangat aktif tahun ini, meletus sebanyak 87 kali sejak bulan Januari, menurut surat kabar Malaysian Reserve.
Letusan besar jarang terjadi, tapi kehancuran pada tahun 2018 tidak mudah terlupakan oleh penduduk setempat. Terkebih letusan tahun 1883 yang menyebabkan lebih dari 36.000 kematian.
Dampaknya sangat besar terhadap iklim dunia, menyebabkan suhu rata-rata global turun 2,2 derajat Fahrenheit.
Letusan saat ini terawasi secara ketat oleh ahli vulkanologi dan status waspada gunung berapi tersebut telah naik ke level III oleh Survei Vulkanologi Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"