Pernyataan itu jadi viral.
Tidak hanya karena keberanian Bellingham, tapi juga karena publik seperti diberi alasan untuk kembali mengungkit: Larangan bertanding wasit kontroversial final Liga Europa, Felix Zwayer, akibat skandal pengaturan skor bukan hanya sekadar tajuk, tapi luka lama yang belum sembuh.
Baca Juga: Viral Dana Masuk Tanpa Pengajuan, Rupiah Cepat Diselidiki OJK
Catatan Musim Ini: Apakah Zwayer Sudah Berubah?
Secara statistik, musim 2024/2025 bisa dibilang stabil bagi Zwayer.
Ia sudah memimpin hampir 40 pertandingan di berbagai kompetisi, termasuk semifinal Liga Champions antara PSG dan Arsenal.
Empat kartu merah, tiga penalti, dan puluhan kartu kuning memang bukan angka luar biasa, tapi juga tidak mengkhawatirkan.
Baca Juga: Pemerintah Targetkan Naikkan Produksi Migas Nasional, Impor Tembus Rp650 Triliun per Tahun
Tapi sepak bola bukan soal angka saja. Ini soal rasa percaya.
Dan itu yang jadi taruhan di final nanti.
Mampukah Zwayer memimpin laga dengan adil dan tanpa celah?
Atau final ini akan tercoreng oleh keputusan-keputusan yang kembali membuat dunia menengok ke masa lalunya?
Baca Juga: Perusahaan Indonesia Curi Perhatian Pasar Modal Amerika Serikat dengan Saham Naik 91 Persen
Akankah Final Ini Dikenang karena Sepak Bolanya atau Wasitnya?
Kita semua tentu berharap final ini akan dikenang sebagai pertarungan klasik dua klub Inggris yang menemukan nyala api terakhir musim ini.
Tapi ketika sosok wasit justru jadi headline sebelum peluit dibunyikan, ada kekhawatiran yang tak bisa ditepis.
Felix Zwayer mungkin telah menempuh jalan rehabilitasi panjang, tapi dunia sepak bola—sekeras dan sejujurnya dunia ini—tak mudah memberi lupa.