KONTEKS.CO.ID — Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat mempengaruhi organ tubuh mana pun, tetapi paling umum menyerang paru-paru.
TB dapat menyebar melalui udara ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, mengeluarkan droplet yang mengandung bakteri TB.
TB adalah masalah kesehatan global yang signifikan, dengan jutaan orang terinfeksi dan ratusan ribu orang meninggal setiap tahunnya.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terkena TB meliputi sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penderita HIV/AIDS, malnutrisi, dan kondisi medis lainnya yang melemahkan kekebalan tubuh.
Selain itu, kondisi sosial dan ekonomi yang buruk, seperti kemiskinan, akses terbatas terhadap perawatan kesehatan, dan kerumunan, juga dapat berperan dalam penyebaran penyakit ini.
Gejala TB dapat bervariasi tergantung pada organ yang terinfeksi. Infeksi paru-paru adalah yang paling umum dan ditandai oleh gejala seperti batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu, batuk berdarah, nyeri dada, kehilangan nafsu makan, kelemahan, penurunan berat badan, dan demam.
TB juga dapat menyerang organ tubuh lainnya, seperti tulang, ginjal, otak, dan sistem saraf. Gejala TB ekstrapulmonal bergantung pada organ yang terkena.
Diagnosis TB melibatkan serangkaian tes, termasuk tes tuberkulin, tes darah, dan tes dahak untuk mendeteksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pengobatan TB melibatkan penggunaan antibiotik yang kuat dan regimen obat yang kompleks selama periode waktu yang cukup lama.
Penting untuk mematuhi jadwal pengobatan yang direkomendasikan dan mengonsumsi obat secara teratur untuk menghindari resistensi obat dan memastikan kesembuhan yang efektif.
Untuk mencegah penyebaran TB, tindakan pencegahan penting, termasuk menghindari kontak dengan individu yang terinfeksi TB aktif, menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan, serta memastikan imunisasi BCG pada anak-anak.
Orang yang tinggal di daerah dengan tingkat infeksi TB yang tinggi juga dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan terapi pencegahan TB jika mereka berisiko tinggi terkena infeksi.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"