KONTEKS.CO.ID – Pemerintah AS getol menginginkan Benua Asia dan Afrika fokus pada perubahan iklim. Tapi faktanya, perusahaan Amerika Serikat-lah yang banyak menyumbang perubahan iklim.
Secara teknis, lapor Giz China, Gedung Putih cenderung galak terhadap negara-negara Asia dan Afrika dengan tujuan agar kawasan memperlambat industrialisasi yang bisa menjadi saingan industri mereka.
Dalam sebuah studi baru-baru ini yang dirilis oleh lembaga penelitian, terungkap daftar 10 perusahaan global yang paling menghambat kebijakan iklim pada tahun 2022.
Perusahaan perusak iklim dunia:
- Chevron (Minyak dan Gas), Amerika Serikat
- Exxon Mobil (Minyak dan Gas), Amerika Serikat
- O. BASF (Produksi Kimia), Jerman
- ConocoPhilips (Minyak dan Gas), Amerika Serikat
- SEMPRA (Energi), Amerika Serikat
- American Electric Power (Energi), Amerika Serikat
- Southern Company (Energi), Amerika Serikat
- Nippon Steel (Baja), Jepang
- PJSC Gazprom (Minyak dan Gas), Rusia
- Toyota (Mobil), Jepang
Seperti dapat dilihat dari daftar yang dirilis oleh lembaga pemikir iklim InfluenceMap, perusahaan Amerika memiliki enam slot. Lalu, bagaimana cara AS meyakinkan pemerintah lain untuk fokus pada perubahan iklim?
Mereka menegaskan, garis tindakan pertamanya adalah fokus pada perusahaan-perusahaan Amerika. Gedung Putih harus mengurangi pelepasan karbon oleh perusahaan-perusahaannya sebelum melihat ke wilayah lain. Membayar daerah lain untuk menanam pohon dan bukan industri tidak berkelanjutan.
Jelas, perusahaan minyak dan gas menempati sebagian besar daftar. Hanya Toyota yang membuat daftar dari sisi Otomotif.
Toyota menempati urutan terakhir dalam upaya dekarbonisasi. Pabrikan memiliki kurang dari 1% dari total penjualan kendaraan tanpa emisi (non hybrid). Juga, rantai pasokannya untuk mengurangi pelepasan karbon tidak dikembangkan.
Toyota telah menawarkan hibrida selama lebih dari dua dekade. Ini menyediakan sarana untuk beralih ke mobil listrik tanpa emisi. Namun, Toyota tetap berpegang pada strategi hibridanya.
Mereka menawarkan hibrida, sel bahan bakar dan kendaraan bertenaga gas. Saat ini, tidak ada rencana untuk transfer penuh ke kendaraan listrik.
“Banyak perusahaan dalam daftar telah membuat komitmen tertinggi untuk memerangi perubahan iklim. Namun, mereka menerapkan kebijakan khusus yang menentang tujuan itu,” kata Ed Collins, Direktur InfluenceMap. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"