KONTEKS.CO.ID – Emisi mobil listrik tengah menjadi sorotan setelah Menperin, Agus Gumiwang, mengeluarkan pernyataan menohok dan bertolak belakang dengan kampanye hijau dari mobil listrik.
Menperin menuding emisi karbon mobil listrik berbasis baterai alias battery electric vehicle (BEV) lebih tinggi ketimbang kendaraan hybrid (kombinasi listrik dan bensin). Bahkan kendaraan internal combution engine atau ICE sekalipun.
Lebih lanjut ia mengatakan, emisi atau keluaran dari karbon yang BEV hasilkan lebih tinggi. Agus Gumiwang beralasan, pasokan energi atau listriknya masih tetap bersumber dari fosil.
“At the end of the day, datanya menyatakan per unit karbon yang EV hasilkan itu lebih tinggi daripada hybrid, lebih tinggi dari pada ICE (mobil bensin). Karena sumber energinya (listrik) masih dari fosil,” papar Menperin, melansir Selasa 13 Desember 2023.
Dia menjelaskan, ketika pabrik mulai memproduksi mobil listrik, maka membutuhkan sumber karbon yang lebih banyak lantaran EV menggunakan baterai. Selama ini, pemanfaatan sumber listrik terhitung sebagai fosil karena berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Ditambah, sumber pasokan listrik untuk mengisi daya mobil listrik juga berasal dari PLTU. Inilah yang memicu emisi karbon dari mobil listrik berbasis baterai mendapar tudingan lebih tinggi daripada hybrid atau ICE.
Di sisi lain, pemerintah menargetkan jumlah populasi kendaraan listrik berbasis baterai dengan Permenperin No 6/2022.
Dalam peraturan itu, pemerintah membidik produksi KBL Berbasis Baterai Roda Empat dan lebih mencapai 400.000 unit pada 2025.
Lalu jumlah itu akan tembus 600.000 unit pada 2030 dan 1 juta kendaraan lima tahun kemudian atau 2035. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"