KONTEKS.CO.ID – Sejarawan Indonesia, Bonnie Triyana angkat suara perihal usulan mantan Presiden Soeharto menjadi pahlawan nasional.
Bonnie Triyana mengatakan hal itu dalam diskusi Catatan 26 Tahun Gerakan Redormasi yang bertajuk ‘Antara Kenyataan dan Harapan’ di Jalan Diponegoro 72, Menteng, Jakarta Pusat, pada Rabu, 22 Mei 2024.
Menurut Bonnie Triyana, hal tersebut sangat mengkhawatirkan jika dilihat dari perspektif akademik dan politik.
Sebab, langkah ini mencerminkan adagium ‘sejarah ditulis oleh pemenang’.
“Kalau dalam pengertian sejarah secara akademik, kalau dulu kan itu pengertian politik ya ‘sejarah ditulis oleh pemenang atau yang berkuasa’,” ujar Bonnie dalam diskusi tersebut.
Kemudian, kata Bonnie, hal itu mungkin saja terjadi jika Soeharto benar-benar menjadi pahlawan nasional.
Ia melanjutkan, masyarakat harus mewaspadai akan hal itu sebagai bacaan langkah politik.
“Bahwa itu akan terjadi mungkin bisa saja terjadi. Contohnya yang paling konkret rencana untuk menjadikan Soeharto Pahlawan. Ini kan pembacaan politik yang harus kita lawan harus kita waspadai,” kata Bonnie.
Ingatkan Pentingnya Masa Lalu
Bonnie menegaskan masa lalu penting untuk diingat oleh khalayak. Pasalnya, agar mencegah kembalinya cara-cara otoriter yang pernah dialami bangsa Indonesia.
Tepatnya di bawah rezim orde baru Presiden Soeharto yang berkuasa 32 tahun pasca lengsernya Presiden Soekarno.
“Sehingga cara-cara yang sangat otoriteristik di masa lalu yang pernah kita alami enggak lagi terulang,” tegasnya.
Bonnie mengingatkan bahwa melupakan masa lalu dapat membuat masyarakat abai terhadap reformasi yang telah diperjuangkan 26 tahun lalu.
Lantaran itu, menggulirkan wacana Soeharto menjadi pahlawan akan menimbulkan kekhawatiran. Apalagi, masyarakat yang pro dan kontra akan pemerintahan Soeharto.
“Jadi ya kita lihat saja ya ke depan apa yang terjadi dan kekhawatiran kita menjadi sah adanya ketika tanda-tanda itu mulai muncul, Soeharto jadi pahlawan,” ucapnya.
“Seketika orang menjadi lupa apa yang terjadi selama 30 tahun lebih. Kemudian orang juga menjadi abai terhadap apa yang terjadi masa itu,” katanya lagi.
Kekhawatiran itu, tutur Bonnie, dapat melupakan reformasi itu sendiri dalam arti ketika praktik bernegara terjadinya penyimpanan.
“Bahkan melupakan reformasi itu sendiri dalam arti ketika praktik bernegara itu menyimpang dari cita-cita reformasi ya kita harus sama-sama berteriak dan melawan!,” tandasnya.
Usulan Soeharto Jadi Pahlawan
Sebelumnya, Presiden ke-2 RI, Soeharto bakal menjadi pahlawan nasional ramai diperbincangkan di media sosial.
Wacana tersebut mencuat usai Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar Jenderal TNI Kehormatan kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Rabu 28 Februari 2024.
Adapun kabar itu didukung Partai Golkar lantaran Soeharto memiliki peranan dan sepak terjang dalam membangun Indonesia selama berkuasa kurang lebih 32 tahun.
“Belum secara spesifik (dibahas Partai Golkar), tapi menurut hemat saya tokoh-tokoh Golkar yang merasakan kiprah Pak Soeharto zaman dulu, apalagi senior-senior mereka sepakat,” kata Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Golkar, Melchias Markus Mekeng kepada wartawan, pada Kamis, 29 Februari 2024.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"