KONTEKS.CO.ID – Calon wakil presiden Mahfud MD menyampaikan bahwa sebanyak 16 tokoh masyarakat telah meminta Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri segera memimpin gerakan perbaikan demokrasi.
Mahfud yang ditemui di kediaman budayawan Butet Kertaredjasa di Bantul, DIY, menyampaikan bahwa sejumlah tokoh ini telah menimui dirinya, Megawati dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pada Jumat, 8 Maret 2024.
Mereka yang datang adalah masyarakat, guru besar di purguruan tinggi negeri dan swasta, lembaga bantuan hukum, dan aktivis pergerakan antikorupsi.
Mahfud menyampaikan kalau Prof Sulistyowati menyampaikan keresehan dan kegelisahan karena demokorasi di Indonesia telah hancur.
Bahkan dia sempat menangis saat menyampaikan kegelisahannya itu. Karena itu, dia meminta Megawati memimpin gerakan untuk perbaikan demokrasi.
“Prof Sulis waktu itu berbicara sambil menangis. Ini menangis beneran, sedih karena Indonesia porak-poranda,” kata Mahfud di kediaman Butet pada Senin, 11 Maret 2024.
Disampaikan juga oleh Prof Sulistyowati bahwa Indonesia yang telah dibangun dengan terciptanya tatanan kehidupan yang baik, telah dihancurkan dalam waktu sekejap.
“Indonesia yang dibangun baik-baik dan reformasi berjalan 24 tahun dengan baik, ternyata (hancur) berkeping-keping dalam waktu sekejap. Ini Bu Sulis yang katakan,” kata Mahfud.
“Mereka semua meminta, ‘Ibu sekarang harapan kami, (ibu) untuk memimpin gerakan memperbaiki dan mereparasi demokrasi Indonesia. Sekarang Bu Megawati memimpin, karena kalau ini dibiarkan, nanti ke depan enggak ada demokrasi’,” kata Mahfud menirukan Prof Sulis.
Mahfud kemudian menyampaikan bahwa demokrasi saat ini sungguh mahal. Siapa yang ingin menang pemilu harus lebih dulu menjadi penguasa, dekat dengan penguasa, dan tentu harus memiliki banyak uang.
Rakyat akan sulit ikut menentukan pemimpin yang sesuai dengan aspirasi mereka. Ini karena penguasa telah membeli suara rakyat dengan berbagai macam cara.
Melalui politik gentong babi, politik pegang kerah leher. Maka mari kita perbaiki, jangan sampai berlanjut,” katanya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"