KONTEKS.CO.ID – Media asing menyoroti para kandidat dalam pemilihan presiden (pilpres) Indonesia 2024 yang menggunakan semua sarana untuk berkampanye, salah satunya lewat media sosial TikTok.
Melansir Reuters pada Senin, 12 Februari 2024, dalam medan pertempuran daring yang baru ini, Prabowo Subianto yang merupakan tokoh militer yang dulunya ditakuti, kini mengubah citra menjadi negarawan yang ramah.
Video gerakan tariannya yang canggung, mengingatkan masyarakat pada seni bela diri tradisional.
Unggahan Prabowo saat berjoget pun telah ditonton jutaan kali bahkan menginspirasi orang lain untuk menirunya.
Video lain juga muncul saat Prabowo menghadapi hujatan pedas dari para pesaingnya saat debat pilpres 2024.
Tak lama, para pendukung perempuan Prabowo berbagi video tentang diri mereka yang menangis untuk capres tersebut.
Sementara itu, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, juga meningkatkan kehadiran mereka di aplikasi tersebut.
Mereka tampil dengan menjawab pertanyaan secara real-time selama sesi streaming live.
Mereka juga berbagi video pertemuan yang menyentuh hati dengan para pemilih.
Pengamat Sebut TikTok Berpengaruh Besar
Menurut survei lembaga jajak pendapat Indikator Politik Indonesia pada Januari menyebut, selama masa kampanye, TikTok menjadi sumber informasi politik kedua yang paling banyak masyarakat gunakan.
Sumber informasi utama tetaplah televisi.
Anita Wahid, peneliti yang pernah bekerja dengan TikTok pada isu-isu terkait kepercayaan dan keamanan online mengatakan, TikTok memang aplikasi yang memiliki pengaruh besar.
“TikTok adalah aplikasi yang paling menarik bagi pemilih pemula, sehingga memiliki pengaruh besar sebagai platform untuk berkampanye dan menyebarkan informasi terkait pemilu,” katanya.
Anita menambahkan, pemilih muda lebih suka melihat kandidat membuat konten yang menyenangkan.
“Ini adalah pertempuran baru,” ujarnya.
Di sisi lain, para ahli mengatakan platform tersebut telah penuh dengan konten bermasalah.
Salah satunya konten-konten yang berupaya memanipulasi pemilih muda.
Tak hanya itu, gambar manipulasi dan video deepfake para kandidat juga beredar luas.
Peneliti komunikasi di Universitas Indonesia, Endah Triastuti mengatakan, karena konten tersebut, banyak pemilih muda mungkin tidak menyadari Prabowo telah berupaya untuk menyangkal tuduhan pelanggaran hak asasi manusia selama menjabat sebagai komandan pasukan khusus.
Sementara itu, perwakilan resmi TikTok dalam situs webnya mengatakan, kebijakannya adalah menghapus ‘informasi yang salah yang berbahaya’.
Tak hanya itu, mereka juga bekerja sama dengan tim pemeriksa fakta untuk menandai atau menghilangkan prasangka tersebut.
Iklan politik dan penggalangan dana juga terlarang di platform ini.
“Kami memprioritaskan perlindungan integritas pemilu di platform kami sehingga komunitas kami dapat terus menikmati pengalaman TikTok yang kreatif dan menghibur,” kata juru bicara TikTok melalui email.
Sebagai informasi, pengguna TikTok di Indonesia mencapai 125 juta lebih pengguna.
Indonesia merupakan negara dengan pengguna TikTok terbesar ke 2 di dunia setelah AS.
Semetara itu, pemilih muda Indonesia sendiri mencakup lebih dari setengah dari total pemilih yang terdaftar.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"