KONTEKS.CO.ID – Jurnalis senior Goenawan Mohamad menegaskan bahwa salah satu hasil dari reformasi adalah mencantumkan hak asasi manusia dan melarang rasialisme dalam undang-undang. Banyak diskriminasi yang akhirnya hilang karena reformasi.
Menurut Goenawan Mohamad, Presiden Jokowi tidak mengerti reformasi. Karena Jokowi hanya pengusaha furniture yang tinggal menikmati hasil dari reformasi, tanpa ikut melalui prosesnya.
“Salah satu hasil reformasi yang baik adalah, dalam undang-undang dasar yang diubah, hak asasi manusia dicantumkan. Dulu tidak ada. Rasialisme dilarang. Dulu kan Presiden harus orang Indonesia asli dan banyak juga diskriminasi yang lain,” katan Goenawan Mohamad pada Jumat, 9 Februari 2024.
Reformasi juga memastikan ada kebebasan pers, dan penetapan masa jabatan presiden hanya dua periode.
“Presiden dua periode ini penting, dan nepotisme dihantam juga,” katanya.
Tapi bila hari ini apa yang telah diperoleh dengan adanya reformasi itu berubah, adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari.
“Karena memang sejarah manusia itu kan selalu, mendaki berhasil dan turun lagi. Bukan berarti (reformasi) tidak ada hasilnya,” katanya.
Menurut Goenawan Muhamad dengan adanya reformasi, negara menjadi tumbuh dan masyarakat juga ikut tumbuh. Karena itu, dia memastikan bahwa Orde Baru tidak akan bisa kembali lagi. Karena masyarakat telah merasakan kebebesan.
“Jadi kalau nanti dikatakan kalau Orde Baru kembali, InsyaAllah tidak bisa. Orang sudah merasakan kebebasan dan bila dipaksakan akan terjadi perlawanan yang lebih besar,” katanya lagi.
Ditambahkan Goenawan Mumahad, saat ini memang yang dirasakan seolah kalau Orde Baru kembali dan tumbuh lagi.
Dikaitkan dengan Presiden Joko Widodo, menurutnya bahwa Jokowi memang bukan orang yang terlibat dalam perombakan politik reformasi. Jokowi disebut tidak pernah aktif ikut dalam mewujudkan reformasi.
“Karena memang selera orang-orang yang berkuasa begitu. Dan Jokowi bukan orang yang terlibat dalam perombakan politik reformasi. Jokowi tidak pernah aktif di bidang itu (reformasi),” katanya.
Saat reformasi terjadi, Jokowi adalah seorang pengusaha. Karena itu, pengalaman dan pengetahuan politiknya tidak sampai (soal reformasi). Jokowi hanya menikmati reformasi.
“Jadi, dia (Jokowi) menikmati reformasi. Tapi dia saya kira tidak mengerti untuk apa reformasi,” katanya.
Karena itu, bila saat Jokowi melanggar atau melakukan pelanggaran terhadap demokrasi, yang merupakan buah dari reformasi, itu karena Jokowi tidak mengerti.
“Jadi kalau sekarang dia melanggar, ya karena dia tidak tahu kalau itu pelanggaran. Menginjak-ijak orang yang sudah diculik, dibunuh, atau dipenjara,” katanya.
Goenawan Mumahad merasa sedih karena cita-cita kita untuk melihat Indonesia yang lebih baik dan tidak lagi mengulangi trauma masa lalu, terhambat dan bahkan gagal.
“Dengan adanya kelakukan Presiden seperti sekarang. Sekarang ini kan nepotisme dikembalikan, kolusi tentu saja terjadi. Juga ancaman pada kebebasan,” katanya.
Tapi Goenawan Mohamad yakin, bahwa yang dilakukan Jokowi tidak akan mampu menghilangkan kebebasan yang telah diperoleh dengan jalan reformasi. Karena rakyat akan melawan.
“Tidak bisa menghilangkan kemerdekaan kita. Karena kita akan melawan,” katanya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"