KONTEKS.CO.ID – Dugaan PBNU tak netral tengah menjadi isu panas di tengah-tengah masyarakat. Meskipun pengurus pusat membantah keberpihakan, tapi bukti-bukti dugaan keberpihakan bermunculan.
Pemberitaan media juga masif mengabarkan dugaan PBNU tak netral. Misalnya, pernyataan Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang, KH Hanief Ismail.
Ia mengungkapkan amanat dari PBNU terkait Pilpres 2024 yang tersampaikan beberapa waktu lalu di Magelang, Jawa Tengah.
Amanat itu menyatakan ada dawuh atau petunjuk PBNU supaya perhelatan pemilihan presiden berlangsung hanya 1 putaran. Dan ;pilihan nominasi jatuh pada pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Dugaan PBNU Tak Netral: Pilihan Paslon Berdasarkan Hasil Survei
KH Hanief Ismail mengatakan, jatuhnya pilihan itu karena sejumlah survei pasangan ini elektabilitasnya selalu unggul. Lebih tinggi dari paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Ia menceritakan, pada 7 Januari 2024 seluruh pengurus NU di Jawa Tengah dan DIY dikumpulkan di Magelang. Lalu dari PBNU mengutarakan amanatnya, yakni dalam rangka menyelamatkan bangsa Indonesia dari hal-hal yang tidak baik.
“Untuk itu, pada Pilpres mendatang meminta warga NU Sa’mina wa Athona, memenuhi, menaati, serta mengikuti petunjuk PBNU ketika pilpres yang akan datang,” bebernya di sela-sela kegiatan Sarasehan Kyai Aswaja 2 Kota Semarang bertema ‘Kata Sa’mina Wa Atha’na Untuk Indonesia Maju’ di wilayah Semarang Utara, Minggu 21 Januari 2024 malam.
Ia menambahkan, PBNU menginginkan Pilpres 2024 hanya berlangsung dalam satu putaran. Alasannya, supaya tidak menghabiskan banyak anggaran negara.
PBNU mengklaim jika pilpres berlangsung dua putaran, maka uang negara yang habis mencapai Rp30 triliun. Nah uang sebanyak itu akan sangat bermanfaat jika tergunakan untuk pembangunan bangsa dan kesejahteraan bangsa.
“Nah dari sana PBNU ambil sikap, harus membantu satu putaran sukses,” kata KH Hanief.
Menimbang perkembangan hasil survei, maka paslon nomor urut 2 memiliki nominasi tinggi. “Jadi warga NU terminta memilih (paslon) 02 agar benar-benar terjadi terjadi satu putaran. Tidak dua kali, atau bahkan apalagi chaos nanti,” tambahnya.
Sebelumnya Sudah Ada Pernyataan dari Gus Nadir
KH Hanief menegaskan, NU harus tetap mengemban misi yakni menjaga negara dan agama. Ia beralasan, pilihan mendukung paslon tersebut bukan saja untuk mengamankan capres, tapi demi mengamankan negara dan bangsa.
Munculnya dugaan dawuh dari PBNU itu juga pernah tersampaikan oleh Nadirsyah Hosen -Gus Nadir- dalam wawancara yang tersiarkan melalui banyak akun YouTube.
Kemudian beredar potongan video Gus Nadir di media sosial yang mengatakan PBNU telah mengumpulkan seluruh pengurus NU di Hotel Bumi Surabaya pada 7 Januari 2024.
Pengurus mulai level cabang hingga wilayah se-Indonesia.
Gus Nadir menyebut Ketum PBNU Gus Yahya dan Rais Aam Miftachul Akhyar ikut hadir pada pertemuan itu.
Lalu muncul instruksi tak tertulis guna memenangkan paslon Prabowo-Gibran. Gus Nadir mengklaim sudah tabayun kepada para kiai yang hadir pada momen tersebut.
Pembelaan Ketum PBNU Gus Yahya
Mendapat tudingan miring dari Gus Nadir, Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf menegaskan, pernyataan pengumpulan pengurus daerah untuk memenangkan paslon nomor urut 2 hanya prasangka serta tak ada bukti.
“Tidak ada kenyataannya dan tidak ada bukti apapun bahwa itu terjadi,” katanya membela diri pada Kamis 18 Januari 2024.
Ia menggarisbawahi bahwa NU secara keorganisasian tidak terlibat dalam kampanye. Begitu juga dukung mendukung dalam pilpres.
Hanya Gus Yahya menginformasikan, kalau ada warga NU memiliki pendapat pribadi maka itu haknya masing-masing. Ia kembali menegaskan kalau NU secara kelembagaan tak terlibat dalam pilpres. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"