KONTEKS.CO.ID – Di tengah ancaman kemarau yang mengintai lahan persawahan, warga di wilayah Banyuwangi hingga Bandung menggelar doa bersama memohon turun hujan.
Ritual doa bersama semacam ini sudah menjadi tradisi yang membawa sukacita dan optimisme bagi penduduk setempat.
Contohnya di Banyuwangi, terlihat kebersamaan antara umat Hindu dan Islam yang dengan penuh semangat berkumpul, menunjukkan keindahan keragaman agama di Indonesia.
Mereka saling bergantian dalam berdoa. Ini bukan sekadar rutinitas, melainkan juga bentuk kepedulian kolektif terhadap alam dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Dalam doa, mereka memohon agar hujan segera turun untuk menyelamatkan tanaman dan memberi berkah.
Bukan hanya melalui doa, masyarakat Banyuwangi juga berusaha memenuhi kebutuhan air di lahan pertanian mereka.
Mereka menjadwalkan pengairan sawah secara bergilir, membantu satu sama lain untuk memastikan tanaman tetap hidup dan berkembang, bahkan saat musim kemarau melanda begitu keras.
Di Bandung, ratusan siswa, guru, dan sebagian orang tua siswa SD Muhammadiyah 7 di Antapani mengadakan salat Istisqo di lapangan sekolah.
Mereka mengerti betul betapa berharganya hujan ketika musim kemarau melanda.
Dengan penuh harapan, mereka berkumpul untuk berdoa bersama, memohon agar hujan segera turun dan menghidupkan kembali segala yang hijau dan subur.
Kisah-kisah semacam ini mengingatkan kita akan kekuatan kebersamaan, iman, dan harapan dalam menghadapi tantangan alam.
Ini adalah bukti nyata bahwa manusia dapat bersatu dalam doa dan tindakan saat alam memberikan isyarat. Kita semua berharap agar hujan segera turun dan membawa berkah.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"