KONTEKS.CO.ID – Adalah sangat wajar jika Amerika Serikat punya kepentingan dalam kontestasi Pemilu dan Pilpres 2024 di Indonesia.
Bahkan, kewajaran juga terkait adanya dugaan Amerika Serikat memengaruhi hasil Pemilu dan Pilpres 2024 di Indonesia.
Wakil Ketua Umum GBN (Gerakan Bhinneka Nasionalis) dan Dewan Pakar DPP PA GMNI, Bob Randilawe menyampaikan hal tersebut dalam dalam diskusi politik bertema “Mewaspadai LSM dan Bantuan Asing pada Pilpres 2024” di Jakarta, pada Minggu, 17 September 2023.
Awalnya, Bob mengutip semangat Sukarno pada era tahun 1960-an yang menolak bantuan asing dengan slogannya yang terkenal “Go To Hell with Your Aid”.
“Cuma sayangnya saat itu Sukarno sudah lemah,” kata Bob.
Bob mengatakan, selama 10 tahun masa pemerintahan Jokowi, Indonesia telah berhasil lepas dari jebakan sebagai negara berkembang atau middle income trap.
“Sehingga sebuah negara yang bisa lepas dari jebakan itu, maka dia akan menjadi negara yang berdaulat,” ujar Bob.
Bob menilai, Indonesia saat ini bisa bersikap lebih tegas terhadap donor atau bantuan asing. Terlebih, yang terindikasi bertujuan mengintervensi Indonesia atau hasil Pilpres 2024.
“Itu hak negara untuk memeriksa semua bantuan asing yang masuk,” ucapnya.
Di sisi lain, Bob mengingatkan bahwa AS sepanjang sejarah selalu berupaya untuk ikut campur dalam politik Indonesia.
Termasuk dalam proses kejatuhan Sukarno di tahun 1966. AS, lanjutnya, akan mencoba mengulang hal itu untuk mempengaruhi hasil Pilpres 2024.
“Dia (AS) lupa kalau Indonesia punya Trisakti yang menyatakan Indonesia harus berdaulat, termasuk berdikari. Kita harus membangun ekonomi dengan kemampuan kita sendiri walau kita tidak anti bantuan asing,” tegas Bob.
Diskusi politik itu digelar merespons kabar Amerika Serikat melalui NED (National Endwonment for Democracy) sedang berupaya campur tangan dalam proses Pemilu dan Pilpres 2024.
NED merupakan lembaga think thank yang didirikan pejabat CIA.
Lembaga ini turut campur antara lain dengan memberikan bantuan asing kepada sejumlah LSM dan organisasi buruh.
Cawe-cawe AS dalam Politik Indonesia
Informasi ini terungkap antara lain oleh wartawan senior Satrio Arismunandar.
“Saya mendapatkan bocoran tentang sejumlah LSM Amerika Serikat yang berupaya cawe-cawe (intervensi) dalam politik di Indonesia. Sebagai jurnalis saya tentu tidak bisa langsung menelan mentah-mentah informasi intelejen itu,” ujar Satrio Arismunandar.
Menyikapi bocoran informasi intelejen itu, Satrio mengajak publik untuk melihat konteks peta politik Indonesia saat ini.
“Kita memiliki kepentingan nasional yang harus diperjuangkan dan itu bisa berbenturan dengan pihak negara lain. Seperti ketika Pak Jokowi membuat kebijakan hilirisasi nikel yang sesuai kepentingan Indonesia, itu kan diprotes Uni Eropa,” tutur Satrio.
“Juga ketika Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan G-20, Amerika Serikat ingin agar Rusia tidak diundang. Tapi kan tidak bisa,” jelas Satrio.
Menurut Satrio, selama 10 tahun memimpin Indonesia, ada beberapa kebijakan Jokowi yang tidak menguntungkan Amerika Serikat.
Hal ini yang bisa menjadi konteks untuk memahami, bahwa negara adidaya itu punya kepentingan terhadap siapapun yang nantinya akan terpilih untuk memimpin Indonesia, pasca Pilpres 2024.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"