KONTEKS.CO.ID – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemerintah DKI Jakarta membahas kerja sama penanggulangan bencana geologi maupun hidrometeorologi basah, khususnya antisipasi cuaca ekstrem.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan, bencana dapat berlangsung dengan cepat dan berdampak sangat besar.
Contohnya, gempa bumi berdurasi 7 detik yang mengguncang Kabupaten Cianjur beberapa waktu lalu.
Tidak hanya merusak bangunan dan infrastruktur, fenomena ini juga memicu tanah longsor hingga menimbun beberapa tempat termasuk restoran dan rumah makan.
“Bencana itu bisa datang setiap saat dalam waktu yang singkat, tetapi akibatnya sungguh sangat memprihatinkan,” ujar Suharyanto Selasa 27 Desember 2022.
Suharyanto mengingatkan masyarakat waspada dan memperhatikan informasi cuaca saat bepergian kewaspadaan.
“Apakah ada potensi bencana itu dilihat kalau memang sudah hujan lebat selama 1 jam berturut-turut. Kita lihat jarak pandang di depan, apabila objek dalam jarak 100 m sudah tidak kelihatan, kita harus hati-hati,” ujarnya.
Untuk warga yang berada di tempat yang rendah dapat segera mencari tempat yang aman untuk menghindari banjir atau potensi banjir bandang dari bagian hulu.
“Segera cari tempat yang aman kalau berteduh, kalau misalnya sedang berada di rumah makan, yang kebetulan di belakangnya tebing harus segera pindah, menghindari potensi longsor,” tambahnya.
Demikian juga dengan warga yang akan berwisata atau berlibur, diimbau memperhatikan informasi cuaca.
“Lihat kondisi jangan memaksakan kalau sudah hujan, ya berhenti,” ucap Kepala BNPB.
Sementara itu, Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan BRIN dan TNI AU mengantisipasi potensi cuaca ekstrem, dengan teknologi modifikasi cuaca (TMC).
“Mungkin kita pecah dengan konsep TMC, dan pengerukan kali. Mudah-murahan tidak datang bencana itu,” ujarnya.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"