KONTEKS.CO.ID – Body shaming adalah perilaku yang merendahkan atau mengkritik penampilan fisik seseorang. Biasanya berkaitan dengan berat badan, bentuk tubuh, atau penampilan fisik lainnya. Body shaming, terutama terhadap remaja, dapat memiliki dampak yang serius pada kesehatan mental mereka. Efek negatifnya.
Bentuknya bisa berupa komentar negatif, ejekan, atau tindakan merendahkan lainnya kepada seseorang karena ukuran atau penampilan tubuh mereka.
Remaja merupakan kelompok yang paling rentan. Hal ini bisa memengaruhi kesehatan mentalnya apabila terjadi terus menerus.
Agar orang tua lebih aware, berikut dampak Body Shaming pada kesehatan mental remaja.
Dampak Body Shaming untuk Kesehatan Mental Remaja
1. Rendahnya rasa percaya diri
Kondisi ini dapat membuat remaja merasa rendah diri dan tidak puas dengan penampilan fisiknya.
Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak sesuai dengan standar kecantikan, sehingga bisa menghancurkan harga diri mereka.
2. Kecemasan dan depresi akibat body shaming
Remaja lebih rentan terhadap kecemasan dan depresi.
Mereka mungkin merasa cemas tentang penampilan fisik mereka, takut untuk tampil di depan orang lain, atau merasa terisolasi.
Kondisi ini membuat remaja merasa rendah diri dan tidak puas dengan penampilan fisiknya.
Mereka mungkin merasa tidak cukup cantik atau menarik, sehingga menurunkan harga dirinya.
Rendahnya harga diri adalah faktor risiko utama untuk perkembangan kecemasan dan depresi.
3. Gangguan makan akibat body shaming
Perilaku ini juga bisa mengembangkan gangguan makan, yaitu anoreksia atau bulimia pada remaja.
Pasalnya, mereka bisa mencoba mengendalikan berat badan mereka dengan cara yang tidak sehat, seperti berdiet ketat atau memuntahkan makanan.
4. Dampak Body Shaming: Isolasi sosial
Remaja yang merasa malu atau tidak aman cenderung menghindari situasi sosial atau pertemuan dengan teman-teman.
Nah, kondisi ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan kesepian.
Remaja mungkin merasa bahwa orang-orang menghakimi dan mencemoohnya. Akibatnya, mereka enggan berinteraksi dengan orang lain.
5. Body shaming sebabkan perilaku merusak diri
Beberapa remaja mungkin merespon dengan perilaku merusak diri, seperti penggunan alkohol atau obat-obatan terlarang sebagai cara untuk mengatasi stres dan perasaan tidak aman.
Mereka bisa menggunakan obat-obatan atau penggunaan berbahaya lainnya sebagai cara untuk “mengubah” penampilan fisiknya.
6. Perasaan malu dan stigma
Remaja yang mengalami kondisi ini mungkin merasa malu dan mendapatkan stigma yang buruk.
Hal ini bisa mengganggu kehidupan sehari-hari mereka dan kemampuan untuk berfungsi dengan baik dalam berbagai aspek kehidupan.
Kondisi ini seringkali membuat seseorang merasa tidak nyaman dengan penampilan fisiknya sendiri.
Mereka mungkin merasa bahwa ada sesuatu yang salah dengan tubuh mereka, yang dapat memicu perasaan malu dan ketidakpercayaan diri.
Selain itu, kondisi ini juga menciptakan perasaan bahwa penampilan fisik seseorang tidak diterima atau tidak dihargai oleh orang lain.
Ini dapat memicu perasaan malu karena seseorang merasa bahwa mereka tidak cocok dalam lingkungan sosial atau masyarakat tertentu.
Peran keluarga, teman-teman, pendidik, dan masyarakat dalam mendorong citra tubuh yang positif dan penerimaan terhadap keberagaman fisik sangat penting untuk mengurangi dampak negatif perilaku ini pada kesehatan mental remaja.
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"