KONTEKS.CO.ID – Tukak lambung adalah kondisi kesehatan yang menyebabkan peradangan pada lambung akibat luka terbuka atau ulkus pada dinding lambung.
Untuk melindungi jaringan dinding lambung dari efek cairan asam yang kuat, organ ini memiliki dinding pelindung yang dilapisi oleh lendir tebal.
Namun, apabila terjadi penurunan produksi lapisan lendir, kondisi ini bisa menyebabkan asam lambung merusak jaringan yang melapisi lambung. Oleh sebab itu, akhirnya menimbulkan luka dan terjadilah tukak lambung.
Penurunan fungsi proteksi dinding lambung yang dapat menyebabkan tukak lambung dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Menurut situ healthline.com Infeksi bakteri Helicobacter pylori adalah salah satu penyebab utama tukak lambung. Bakteri ini bisa menghasilkan bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi serta peradangan pada lapisan mukus saluran cerna.
Akibatnya lapisan mukus pelindung lambung akan terurai, sehingga asam lambung yang kuat lebih mudah melukai jaringan pada dinding.
Selain itu, penggunaan obat kortikosteroid bersamaan dengan obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) dalam waktu lama dan dosis tinggi juga bisa menyebabkan lapisan mukus menipis.
Gejala utama penyakit ini hampir sama dengan maag, yaitu nyeri pada ulu hati. Namun, nyeri pada tukak lambung memiliki beberapa karakteristik, seperti berlangsung selama beberapa menit hingga jam, hilang timbul dalam beberapa hari, minggu, bahkan bulan.
Gejala mereda setelah mengonsumsi obat atau makanan, tetapi akan muncul kembali selang beberapa waktu, gejala memburuk di saat-saat tertentu seperti waktu makan, pagi hari, atau malam hari, dan rasa nyeri bertambah saat perut dalam keadaan kosong.
Apabila tidak segera tertangani dengan tepat, beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat tukak lambung, seperti halnya di berikut ini:
- Obstruksi lambung yang memperlambat pergerakan sistem pencernaan,
- Perforasi lambung yang berkembang menjadi lubang pada dinding lambung,
- Peritonitis yang menyebabkan peradangan peritoneum atau selaput tipis pembatas dinding perut bagian dalam, dan
- Perdarahan ringan atau berat hingga membutuhkan transfusi darah organ pencernaan.
Beberapa tes penunjang untuk mendiagnosa penyakit ini melalui endoskopi untuk melihat apakah ada tukak dalam saluran pencernaan mulai dari kerongkongan hingga lambung.
Selain itu ada biopsi dengan mengambil sampel jaringan untuk mendiagnosa penyebab pastinya agar bisa uji laboratorium.
Terakhir ada tes napas C14 untuk memeriksa keberadaan bakteri H. pylori yang mengubah urea menjadi karbondioksida.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"